TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kamboja Tolak Jadi Kelinci Percobaan Vaksin COVID-19 Buatan Tiongkok

Kamboja pilih vaksin Pfizer ketimbang Sinovac Biotech

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen tiba pada peringatan 41 tahun runtuhnya rezim Khmer Merah di Phnom Penh, Kamboja, pada 7 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dalam pidatonya pada pekan lalu menegaskan, negaranya menolak dijadikan kelinci percobaan untuk semua vaksin buatan negara lain, termasuk Tiongkok.

Alih-alih jadi kelinci percobaan, Kamboja memilih untuk menunggu vaksin COVID-19 yang sudah disetujui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Laman New Straits Times, Sabtu 19 Desember 2020 melaporkan, PM Hun khawatir akan membahayakan kesehatan publik bila disuntik vaksin yang belum dinyatakan aman.

"Kami bersedia menunggu dan mengenakan masker sambil menanti (untuk vaksin yang sudah disetujui)," ungkap Hun. 

"Saya tidak akan membiarkan warga Kamboja dijadikan sebagai tempat untuk uji klinis yang dilakukan oleh negara atau perusahaan mana pun, kecuali vaksin itu sudah disetujui oleh WHO," tutur Hun lagi. 

Ia mengakui memang sudah ada beberapa vaksin COVID-19 yang mulai diberikan ke publik dengan menggunakan skema izin penggunaan darurat (EUA). Namun, vaksin yang berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Tiongkok, Rusia, dan Inggris, hingga kini belum ada yang mendapat restu dari WHO. 

Sementara di sisi lain, laman berita Jepang, Nikkei Asia, melaporkan bahwa Kamboja memang akan memperloleh satu juta dosis vaksin COVID-19 buatan Negeri Tirai Bambu. Tetapi, mereka tidak memasukan vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech ke dalam daftar pembelian. 

Bila tidak melakukan pemesanan vaksin COVID-19 langsung ke perusahaan farmasi, lalu dari mana Kamboja akan memperoleh vaksin tersebut?

Baca Juga: Jokowi Gratiskan Vaksin COVID-19, BI Bantu Danai Pengadaan Vaksin

1. Kamboja mengandalkan pembelian vaksin COVID-19 dari platform COVAX yang diinisiasi WHO

Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

PM Hun menyampaikan ke publik bahwa pihaknya membutuhkan 26 juta dosis vaksin COVID-19. Rencananya vaksin itu akan diberikan ke 13 juta warga Kamboja secara gratis. 

Ia menjelaskan, saat ini Kamboja menantikan jatah yang akan dialokasikan melalui platform COVAX yang diinisiasi oleh WHO. Melalui platform itu, COVAX memberi jatah vaksin secara merata ke semua negara anggotanya yang berpartisipasi, maksimal 20 persen dari jumlah penduduk di masing-masing negara.

Selain itu, vaksin COVID-19 tersebut akan dijual dengan harga subsidi alias lebih murah. Hal ini bisa terealisasi karena negara-negara kaya memberi subsidi per dosis vaksinnya mencapai US$2 atau setara Rp28.254. 

Dengan adanya pengumuman dari PM Hun, maka kemungkinan besar kesepakatan yang sudah sempat diteken antara Kamboja dan Sinovac tak lagi berlanjut. Padahal, Negeri Panda sudah menjanjikan dukungan kepada Kamboja dalam pelaksanaan vaksinasi. Dukungan tersebut diberikan karena Kamboja adalah sekutu terdekat Tiongkok di kawasan perairan Sungai Mekhong. 

Pada Agustus lalu, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan, negara-negara di area sepanjang Sungai Mekhong akan menjadi prioritas penerima vaksin COVID-19, bila sudah tersedia. 

2. Kamboja alokasikan anggaran Rp1,4-Rp2,8 triliun untuk membeli vaksin COVID-19

Hasil perburuan vaksin COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Salah satu alasan Kamboja tidak terlalu terburu-buru untuk membeli vaksin COVID-19, karena mereka termasuk berhasil mengendalikan pandemik COVID-19. Mengutip data World O Meter pada Minggu (20/12/2020), hanya 362 orang di negara itu yang sudah terpapar COVID-19. Bahkan, saat ini sudah tidak ada warga Kamboja yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19. 

Kamboja juga tidak mencatat satu pun kematian akibat penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 itu. Meski begitu, Kamboja tidak ingin mengambil risiko. Pemerintah mengalokasikan anggaran US$100 juta (Rp1,4 triliun) hingga US$200 juta (Rp2,8 triliun) untuk membeli vaksin COVID-19. 

Selain itu, pemerintah disebut menerima sumbangan dari 38 ribu orang dengan total US$48 juta atau setara Rp678 miliar. Namun, menurut analis, pendonor terbesar bukanlah sembarang orang. Mereka sudah lama berkuasa secara ekonomi di Kamboja. 

Laman Nikkei Asia melaporkan, salah satu pihak yang memberikan donasi terbesar adalah miliuner asal Malaysia yang memiliki jaringan kasino terbesar di Kamboja bernama Naga World. Dalam bahasa setempat, konglomerat ini disebut dengan istilah "okhna". Pemilik jaringan kasino itu mendonasikan US$5 juta atau setara Rp70 miliar. 

Donasi semacam ini sudah lumrah di Kamboja. Jaringan penguasa di sana terhubung oleh orang-orang yang berkuasa di bidang finansial dan nama besar keluarga tertentu. 

Donasi itu kemudian didistribusikan ke organisasi kemanusiaan yang terkait dengan PM Hun dan Partai Rakyat, parpol di mana PM Hun berasal. 

"Sebagai imbalannya, aktor pengusaha ini akan diberikan peluang yang tak ternilai harganya melalui kontrak proyek milik pemerintah dan izin untuk mengelola bisnis yang dinilai menguntungkan, tapi tak sedikit kontroversial," ungkap peneliti di the Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies, Neil Loughlin.

Baca Juga: Ini Perbedaan Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya