TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[UPDATE] Jumlah Pasien Meninggal di AS Akibat COVID-19 Tembus 16 Ribu

Kasus positif COVID-19 sudah mencapai angka 468 ribu

ANTARA FOTO/REUTERS/Jefferson Siegel

Jakarta, IDN Times - Situasi wabah virus corona di Amerika Serikat terus memburuk. Menurut data real time yang dikutip dari situs World O Meter pada Jumat (10/4), kasus positif COVID-19 sudah mencapai 468.566. Angka itu menempatkan AS masih berada di puncak wahid dengan pasien COVID-19 paling banyak di seluruh dunia. 

Dari angka itu, tingkat kematiannya menembus 16.691 pasien, sedangkan yang sembuh mencapai 25.928 orang. 

Kondisi pandemik di Negeri Abang Sam begitu gawat, hingga rumah-rumah pengurusan jenazah sampai menolak jasa untuk memakamkan jasad yang meninggal karena COVID-19. Sebab, mereka kewalahan menerima permintaan untuk memakamkan jenazah. 

Berdasarkan data dari situs itu pula, negara bagian yang paling banyak menyumbang pasien yang meninggal berada di New York. Per hari ini, tercatat sudah 7.067 pasien yang meninggal di negara bagian itu akibat COVID-19. Sementara, total kasus positif di kota berjuluk Big Apple itu mencapai 161.504. 

Lalu, bisakah Amerika Serikat melewati masa-masa sulit pandemik COVID-19?

Baca Juga: [UPDATE] 1.514.866 Orang Terinfeksi Virus Corona, Terbanyak di Amerika

1. Angka pasien yang meninggal akibat COVID-19 bisa mencapai 1.900 orang per hari

Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dikutip dari stasiun berita Al Jazeera, Kamis (9/4), pekan ini Negeri Paman Sam tengah memasuki pekan paling sulit, di mana mereka akan melihat lebih banyak orang yang dirawat dan meninggal akibat COVID-19. Bahkan, berdasarkan data yang dicatat, AS mencetak rekor kematian tertinggi pada 7-8 April lalu, di mana per harinya jumlah pasien yang meninggal mencapai 1.900 orang. 

Kendati begitu, ada secercah harapan di New York, karena jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit untuk dirawat karena COVID-19 sudah mulai berkurang. Gubernur New York, Andrew Cuomo menjelaskan jumlah pasien yang dilarikan ke rumah sakit berkurang drastis dalam waktu 24 jam. 

Menurutnya, hal itu merupakan pertanda kebijakan jaga jarak sudah mulai menunjukkan efeknya. Tetapi, ia mewanti-wanti bukan berarti, Pemerintah New York akan mulai mengendorkan pengawasan ketat dalam melawan COVID-19. 

"Ini memang kabar baik dan seolah-olah menyiratkan 'oh, kita sudah bisa tenang. Tidak, kita sama sekali belum bisa tenang. Kurva yang mulai datar merupakan konsekuensi dari apa yang kita lakukan kemarin dan dua hari lalu," kata Cuomo. 

2. Sebanyak 16,8 juta warga Amerika Serikat kehilangan pekerjaan sebagai imbas COVID-19

Perawat melaksanakan tes COVID-19 kepada seorang pasien melalui drive-through di University of Washington's Northwest Outpatient Medical Center di Seattle, Washington, Amerika Serikat, pada 17 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Brian Snyder

Akibat wabah COVID-19, ekonomi di Amerika Serikat terpukul begitu keras. Bahkan, data yang dikutip dari stasiun berita Al Jazeera menyebut ada 16,8 juta warga AS yang kehilangan pekerjaan karena imbas wabah COVID-19. Angka itu diperoleh karena belasan juta warga Negeri Abang Sam mengajukan benefit bagi warga yang tak memiliki pekerjaan. Jumlah warga yang mengajukan benefit itu terus meningkat dalam waktu tiga pekan terakhir. 

Ini menjadi resesi ekonomi paling hebat di AS sejak 2008 lalu. 

Baca Juga: Ciri-ciri Hidden Carrier Virus Corona, Tampak Sehat tapi Membawa Virus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya