Cerita WNI di Guangzhou, Alami Lockdown hingga Tes Swab Tiap Hari
Meski demikian, kasus positif di Guangzhou terbilang rendah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Meningkatnya kasus positif COVID-19 di China menyebabkan sejumlah provinsi harus dikunci wilayahnya atau lockdown, tak terkecuali Guangzhou, yang berada di Provinsi Guangdong.
Bahkan, kota pusat bisnis, Shanghai, kini pun terpuruk karena kasus positif semakin melonjak dan terdapat 51 kasus kematian akibat COVID-19, per pekan ini.
Di Guangzhou sendiri, kasus positifnya relatif rendah jika dibanding Shanghai dan Beijing, yaitu hanya 27 kasus per awal April.
Sefti Ayu, Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah 5 tahun tinggal di Guangzhou, menceritakan pengalamannya saat COVID-19 kembali menghantui China, kepada IDN Times.
Baca Juga: Takut Lockdown Lagi, Warga China Panic Buying
1. Sempat alami lockdown dan panic buying
Sefti, begitu ia disapa, mengatakan bahwa Guangzhou juga memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown pada 9 April 2022 lalu. Namun, saat ini keadaan bisa dikatakan berangsur membaik.
"Awal April itu, Guangzhou sempat lockdown. Kalau sekarang, tempat-tempat umum sudah mulai dibuka. Area-area yang dulu dikunci juga sudah mulai dibuka," kata Sefti, kepada IDN Times, Rabu (27/4/2022).
Ia juga sempat melihat dan merasakan panic buying saat awal lockdown, di mana orang-orang menyerbu supermarket, toko sayur dan toko daging sejak pagi.
"Panic buying ada saat awal-awal lockdown. Jadi, kami tidak diberitahu kalau akan ada lockdown. Di hari H, baru diberitahu. Orang-orang langsung menyerbu toko-toko," ucapnya.
Ia menambahkan, jika ada toko yang buka pukul 7 atau 8 pagi, maka bisa dipastikan pukul 10 pagi, barang-barang yang dijual sudah ludes diserbu warga.
Baca Juga: Shanghai Alami Lonjakan Kematian Pasien COVID-19, Lebih Parah dari Wuhan