TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dokter Mogok, Pasien di Korsel Takut Layanan Medis Tumbang

Ribuan dokter Korsel memutuskan mogok kerja

potret Namsan Tower (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Jakarta, IDN Times - Para pasien dan keluarga pasien di Korea Selatan (Korsel) pada Rabu menyuarakan potensi gangguan yang sedang berlangsung dalam layanan medis akan semakin berkepanjangan, karena banyak rumah sakit umum mengurangi kapasitas layanan. Hal ini terjadi lantaran dari 90 persen dari 13 ribu dokter junior di Korsel telah mengundurkan diri secara massal selama lebih dari sebulan.

Dilansir dari ANTARA, Kamis (28/3/2024), tindakan tersebut sebagai bentuk protes terhadap keputusan pemerintah untuk meningkatkan kuota sekolah kedokteran. Keputusan tersebut berimbas pada pembatalan operasi penting dan melumpuhkan sistem medis di negara itu.

1. Pasien takut sakit tambah parah

Seorang wanita berusia 30-an menceritakan kekhawatiran bahwa kelumpuhan layanan medis akibat pemogokan dokter pelatihan dan para profesor kedokteran dapat mempengaruhi terapi antikanker ibunya yang didiagnosis menderita kanker payudara stadium empat.

"Saya sangat khawatir bahwa siklus pengobatan ini dapat terpengaruh jika profesor kedokteran di rumah sakit tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri juga,” katanya kepada Kantor Berita Yonhap di Rumah Sakit Universitas Nasional Chungbuk, Cheongju.

Hal senada disampaikan pasien penyakit ginjal berusia 70-an tahun lainnya yang mengunjungi rumah sakit turut melampiaskan rasa frustasinya. Pria itu mengatakan fungsi ginjalnya sekarang hanya 15 persen dari kapasitas penuhnya dan harus mengunjungi rumah sakit setiap bulan untuk pemeriksaan rutin.

Baca Juga: KBRI Minta Perusahaan Kapal Tenggelam Korsel Santuni Korban WNI 

2. Aksi unjuk rasa dokter terus terjadi di Korsel

Sementara itu, salah satu dari dua serikat pekerja terbesar di Korea, unit regional Konfederasi Serikat Pekerja Korea, mengadakan aksi unjuk rasa di seluruh negeri secara bersamaan untuk menyerukan normalisasi layanan medis.

“Pemerintah dan komunitas dokter tidak boleh mengabaikan kekosongan layanan medis, yang membahayakan nyawa pasien dan merampas hak pekerja untuk bertahan hidup,” kata seorang anggota cabang serikat pekerja di Provinsi Gangwon dalam rapat umum.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya