TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Sambut Baik Normalisasi Hubungan Iran-Arab Saudi 

Langkah ini bisa berkontribusi untuk stabilitas kawasan

(Ilustrasi Gedung Pancasila Kemenlu) www.kemlu.go.id

Jakarta, IDN Times - Indonesia menyambut baik pemulihan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi. Indonesia juga berharap agar langkah ini bisa berkontribusi untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan.

“Indonesia yakin dialog dan kerja sama adalah cara terbaik dalam menyelesaikan masalah,” sebut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri RI, di akun Twitter-nya, Kamis (16/3/2023).

Perdamaian antara Iran dan Arab Saudi sendiri dimediasi oleh China. Iran dan Arab Saudi sepakat membangun kembali hubungan kerja sama setelah hampir 7 tahun berselisih ideologi.

Baca Juga: Iran-Arab Saudi Berdamai, Buka Lagi Hubungan Diplomatik 

Baca Juga: Iran Klaim AS Setuju Lakukan Pertukaran Tahanan 

1. Dua negara akan kembali buka kantor perwakilan

Dengan pemulihan hubungan ini, Iran dan Arab Saudi rencananya akan kembali membuka kantor kedutaan di masing-masing negara dalam kurun waktu dua bulan.

Dalam kurun waktu itu juga dua negara akan membangun hubungan diplomatik yang lebih luas, terutama dalam upaya membantu konflik di Timur Tengah.

Selain China, Oman sebelumnya juga pernah memediasi dua negara dengan mengadakan pertemuan pada 2021 dan 2022.

"Menghapus kesalahpahaman dan pandangan berorientasi masa depan dalam hubungan antara Teheran dan Riyadh pasti akan mengarah pada peningkatan stabilitas dan keamanan regional," ungkap sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Al Ula di Arab Saudi yang Disebut sebagai Kota Terkutuk

2. Saudi putus hubungan dengan Iran pada 2016

Ketegangan Iran-Arab Saudi telah bergulir sejak lama. Pada 2016, Riyadh memutuskan hubungannya dengan Teheran, setelah pengunjuk rasa di negara itu menyerbu kantor kedutaannya. Demonstrasi muncul setelah Kerajaan mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka. 

Ihwal rivalitas kedua negara penghasil minyak itu, perbedaan aliran dalam agama memainkan peran kunci. Perbedaan antara Iran yang mayoritas menganut Syiah dan Arab Saudi yang mayoritas Sunni telah melancarkan ketegangan yang memanas di beberapa zona konflik di Timur Tengah. 

Tak berhenti di situ, Iran juga telah menjadi kambing hitam atas serangkaian serangan, termasuk serangan yang menargetkan jantung industri minyak Saudi pada 2019, yang telah mengurangi separuh produksi minyak mentah negara itu. 

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya