Mengintip Xinjiang Islamic Institute di China, HAM Dijamin?
Para murid tidak dipungut biaya untuk sekolah di sini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Urumqi, IDN Times - Imam Abdurraqib Turmuniyaz menyambut saya dan rombongan dengan senyum lebar di gerbang depan Xinjiang Islamic Institute di Urumqi, Xinjiang, China. Dari depan, sekolah ini tidak tampak seperti sekolah pada umumnya, lantaran arsitektur gedungnya yang menurut saya, sangat modern dengan sentuhan Islami.
Berjarak sekitar 35-40 menit dari hotel saya menginap di pusat kota Urumqi, Xinjiang Islamic Institute ini berdiri untuk mengajarkan anak laki-laki Muslim di Xinjiang memperdalam agama Islam.
Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Xinjiang Islamic Institute di Urumqi. Sekolah ini memiliki 8 cabang, antara lain ada di Hotan, Aksu dan Kashgar dengan total 3 ribu siswa.
Sekolah-sekolah ini juga yang selama ini dituding negara-negara Barat sebagai pusat penyekapan Muslim Uighur. Barat juga menuding China membatasi hak warga Muslim untuk berpuasa dan melaksanakan ibadah.
Mundur sedikit ke beberapa tahun sebelumnya, China bahkan dituding melakukan pelanggaran HAM besar-besaran terhadap warga Uighur dan kelompok minoritas lainnya, termasuk kerja paksa dan penahanan di kamp-kamp khusus, termasuk di Urumqi dan Hotan.
“Kebebasan beragama umat Islam telah dilindungi sepenuhnya dan dijamin di China, terutama Xinjiang. Sekolah ini agar mereka bisa memperdalam ilmu agama Islam dan salah satu tujuannya bisa jadi imam di masjid-masjid di China,” kata Turmuniyaz kepada rombongan kami, Selasa (9/4/2024) lalu.
Pemerintah China juga diketahui telah menggelontorkan sekitar Rp600 miliar untuk membangun Xinjiang Islamic Institute di Urumqi ini. Sekolah ini berdiri di lahan seluas 7,6 hektar pada sekitar tahun 1982-1983.
“Ini sekolah Islam. Kami mengajarkan anak-anak laki-laki memperdalam agama dan bukan penyekapan. Fasilitas di sekolah ini lengkap dari kantin, masjid hingga perpustakaan dan gym,” ujar Turmuniyaz lagi.
1. Area sekolah yang cukup luas dan fasilitas lengkap. Suasana belajar mengajar juga tertib
Rombongan saya dibawa berkeliling di Xinjiang Islamic Institute ini. Mulai dari kelas belajar-mengajar sampai ke kantinnya yang cukup luas.
Saat saya berkunjung, para murid sedang menerima pelajaran di dalam kelas dan saya bisa melihat langsung seperti apa kegiatan belajar mereka.
“Saat ini sedang ada 8 kelas yang sedang berjalan. Kami ajarkan sejarah, budaya, agama, lalu memfokuskan lagi ke hadist, tafsir, Bahasa Arab serta interpretasi Arab,” tuturnya.
“Kalau sejarah itu tentu sejarah soal China, Undang-Undang Dasar Nasional China. Bahasa Arab. Lalu bagaimana Islam itu tumbuh di China,” katanya lagi.
Soal bahasa, mereka mayoritas memang menggunakan Bahasa Mandarin yang sudah menjadi keharusan dari pemerintah China di mana semua warga negaranya harus bisa berbahasa Mandarin sebagai bahasa utamanya.
Ketika saya bertanya mengapa murid dari sekolah ini semuanya laki-laki, Turmuniyaz mengatakan memang saat ini Xinjiang Islamic Institute di Urumqi hanya menerima murid laki-laki. Namun ia tak menjelaskan lebih lanjut.
Ketika menyambangi sebuah kelas, terlihat bahwa semua muridnya berwajah khas Muslim Uighur. Mereka duduk dengan kursi dan meja masing-masing. Di samping papan tulis ada wadah ponsel di mana mereka harus meletakkan ponsel mereka di situ ketika proses belajar-mengajar sedang berjalan.
Fasilitas di sekolah ini cukup lengkap. Seperti yang sudah disebutkan Turmuniyaz sebelumnya, mereka juga makan dan tidur di sini. Saya sempat berkeliling di gedung utama, ada kamar yang berisi dua bunk bed (kasur tingkat), yang berarti satu kamar berisikan empat orang.