TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Inggris Sebut Taliban yang Sekarang Berbeda, Lebih Masuk Akal

Inggris minta Taliban diberi ruang untuk bangun pemerintahan

Pejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Jakarta, IDN Times – Kepala Staf Pertahanan Inggris, Nick Carter, meminta seluruh negara agar memberi ruang kepada Taliban untuk membentuk pemerintahan baru di Afghanistan. Menurut Carter, Taliban yang berhasil merebut Kabul pada Minggu (15/8/2021) berbeda dengan Taliban yang pernah berkuasa sepanjang 1996-2001.

Carter meyakini bahwa Taliban hari ini lebih masuk akal. Pernyataan itu merupakan refleksi setelah Taliban menggelar konferensi pers pertamanya pada Selasa (17/8/2021), yang menunjukkan para pemimpinnya di hadapan publik, tidak seperti pemimpin Taliban 20 tahun lalu yang hidup dalam kegelapan.  

"Kami harus bersabar, kami harus menahan diri dan kami harus memberi mereka ruang untuk membentuk pemerintahan, dan kami harus memberi mereka ruang untuk menunjukkan kredensial mereka," kata Carter, dilansir dari Reuters.  

"Mungkin Taliban ini adalah Taliban yang berbeda dengan yang diingat orang dari tahun 1990-an,” tambahnya.

Baca Juga: Joe Biden Keluarkan Ancaman Serius untuk Taliban di Afghanistan

1. Komitmen Taliban dinamis karena karakternya Homogen

Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/AFP/Noorullah Shirzada)

Kendati begitu, Carter menyinggung soal karakter Taliban yang bersifat homogen dan nilai-nilai tradisional yang mengkristal di Afghanistan, salah satunya adalah komitmen primordial yang sangat kuat.

"Kita mungkin menemukan Taliban yang lebih masuk akal. Tetapi, yang mutlak harus diingat adalah mereka bukan organisasi homogen. Taliban adalah sekelompok tokoh suku yang berbeda, yang datang dari semua distrik pedesaan Afghanistan,” tutur dia.

"Mungkin Taliban yang (sekarang) lebih masuk akal. Tidak terlalu represif, dan memang terlihat dari cara memerintah Kabul saat ini, ada beberapa indikasi bahwa itu (Taliban) lebih masuk akal,” tambahnya.

2. PM Inggris mewanti-wanti agar tidak ada yang mengakui kedaulatan Afghanistan di bawah Taliban

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat mengumumkan kebijakan lockdown nasional ketiga pada 5 Januari 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Pernyataan Carter bertentangan dengan keterangan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Minggu lalu. Sebelumnya, Johnson mewanti-wanti supaya tidak ada negara yang mengakui kedaulatan Taliban.

Dia juga siap memainkan perannya melalui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan NATO untuk mencapai kepentingan tersebut.

“Kami tidak ingin siapapun mengakui Taliban secara bilateral. Kami ingin semuanya bersatu dalam pemikiran yang sama, untuk mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berkembang biak terorisme,” kata Johnson dikutip dari The Guardian.

Baca Juga: Janji Taliban: Burqa Tidak Wajib dan Perempuan Boleh Kuliah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya