TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pandemik COVID-19 di India Semakin Parah, PM Modi Ogah Lockdown

Dulu sibuk kampanye, sekarang sibuk ajak warga patuhi prokes

Perdana Menteri India Narendra Modi saat Hari Kemerdekaan India pada 15 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Narendra Modi meminta warga India untuk meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi protokol kesehatan demi memerangi virus corona, sehingga penguncian (lockdown) atau karantina wilayah yang lebih lama tidak diperlukan.
 
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/4/2021) malam merupakan kali pertama Modi berbicara di hadapan publik mengenai gelombang kedua pandemik COVID-19. Kata Modi, Negara dengan populasi 1,3 miliar penduduk itu harus berjuang sekali lagi menghadapi gelombang besar.
 
"Situasinya terkendali hingga beberapa minggu yang lalu, kemudian gelombang kedua datang seperti badai. Ini adalah tantangan besar, tetapi kami harus bersama-sama mengatasinya, dengan keberanian dan tekad kami,” ujar Modi.
 
Dia menambahkan, “kami harus menghindari penguncian dan kami perlu fokus pada zona penahanan mikro sebagai gantinya."

Baca Juga: IDI: Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk Indonesia

Baca Juga: COVID-19 di India Memburuk, PM Narendra Modi Malah Sibuk Kampanye  

1. Penguncian di sejumlah wilayah

Pasien terkena penyakit virus korona (COVID-19) mendapatkan perawatan di bangsal kecelakaan di rumah sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), di tengah penyebaran penyakit tersebut di New Delhi, India, Kamis (15/4/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui)

India sedang berjuang menahan amukan wabah yang telah membunuh lebih dari tiga juta umat manusia di penjuru dunia. Sebagaimana dilporkan Worldometer, negara di kawasan Asia Selatan itu mencatatkan lebih dari 15 juta total kasus infeksi dan lebih dari 182 ribu kasus kematian.
 
Imbas lonjakan pasien di berbagai rumah sakit, fasilitas kesehatan di India perlahan runtuh. Krisis oksigen dan kasur rumah sakit terjadi di mana-mana. Ruang krematorium harus beroperasi 24 jam untuk mengatasi jenazah yang meninggal gegera corona. Lebih mengkhawatirkan lagi, banyak dari korban jiwa yang meninggal karena tidak memperoleh perawatan yang layak, seperti meninggal dalam antrean rumah sakit.  
 
New Delhi, ibu kota India, memasuki karantina wilayah selama sepakan ke depan. Bioskop, taman, dan mal ditutup. Penguncian Delhi mendorong puluhan ribu pekerja migran meninggalkan kota besar itu, mengulangi penutupan nasional setahun lalu yang menimbulkan krisis ekonomi dan kemanusiaan.
 
Negara bagian Maharashtra, pusat gelombang baru-baru ini sekaligus pusat keuangan Mumbai, pada Selasa semakin memperketat pembatasan pada toko bahan makanan dan pengiriman.
 
Semua toko dan mal non-esensial di negara bagian barat saat ini tutup hingga 1 Mei 2021.
 
Uttar Pradesh, rumah bagi sekitar 240 juta orang, pada Selasa mengumumkan penutupan akhir pekan dari Jumat malam. Negara bagian Telangana di selatan baru-baru ini juga memberlakukan jam malam.

2. Larangan perjalanan dari sejumlah negara

Ilustrasi Bandara Singapura (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/4/2021) memperbarui larangan perjalanan akibat lonjakan infeksi, dengan memasukkan India sebagai salah satu dari 80 persen yang tidak boleh dikunjungi.
 
"Bahkan pelancong yang divaksinasi penuh harus menghindari semua perjalanan ke India," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
 
Singapura juga meningkatkan pembatasan kedatangan dari India pada Selasa, serta mewajibkan pelancong dari India menjalani isolasi mandiri selama 21 hari, tujuh hari lebih lama dari protokol umum.
 
Inggris juga telah menambahkan India sebagai “daftar merah” negara-negara yang dilarang dikunjungi.

Baca Juga: Menkes: Ada 3 Hal yang Buat Pandemik di Indonesia Bisa Seperti India

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya