Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Zohran Mamdani di Rally Resist Fascism di Bryant Park pada 27 Oktober 2024.
Zohran Mamdani di Rally Resist Fascism di Bryant Park pada 27 Oktober 2024. (Bingjiefu He, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Mamdani menempatkan krisis biaya hidup sebagai persoalan paling mendesak bagi 8,5 juta penduduk New York.

  • Pembangunan rumah menjadi kunci menekan harga sewa

  • Isu kejahatan menjadi bahasan yang lebih panjang dibanding imigrasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan Wali Kota terpilih New York, Zohran Mamdani, pada Jumat (21/11/2025) berlangsung jauh lebih santai dari yang semula dibayangkan.

Keduanya justru terlihat saling menghargai satu sama lain saat membahas tekanan biaya hidup yang makin memberatkan warga. Percakapan yang awalnya diperkirakan kaku pun berubah menjadi dialog yang terasa lebih cair.

Obrolan mereka menyinggung berbagai isu penting kota, mulai dari ongkos hidup sampai keamanan di jalanan. Alurnya bergerak mulus karena keduanya mencoba menemukan titik yang bisa disepakati, meski berasal dari latar politik berbeda. Dari situlah muncul lima temuan yang merangkum isi pembicaraan mereka.

1. Keterjangkauan hidup menjadi bahasan paling berat

ilustrasi kota New York (pexels.com/Nout Gons)

Dilansir dari NBC News, Mamdani menempatkan krisis biaya hidup sebagai persoalan paling mendesak bagi 8,5 juta penduduk New York. Ia menyoroti beban sewa rumah, tagihan listrik, dan harga kebutuhan pokok yang terus melambung dan menekan keluarga berpenghasilan rendah. Menurutnya, satu dari empat penduduk kota itu hidup di bawah garis kemiskinan, situasi yang membuat banyak warga makin sulit bertahan.

Trump merespons isu tersebut dengan menyebut bahwa sebagian pendukungnya justru memilih Mamdani karena fokus serupa. Ia menyampaikan bahwa pemilihnya yang memberikan suara untuk Mamdani jumlahnya satu dari sepuluh orang. Keduanya melihat bahwa menurunkan biaya hidup harus menjadi target bersama karena langkah itu berpotensi mengubah kehidupan jutaan warga New York.

2. Pembangunan rumah menjadi kunci menekan harga sewa

ilustrasi arsitektur (pexels.com/Lex Photography)

Trump memberikan apresiasi terbuka terhadap rencana Mamdani yang ingin menambah pasokan rumah dan apartemen di kota tersebut. Ia kembali menyebut gagasan Mamdani untuk memperbanyak pembangunan sebagai cara ampuh menurunkan harga sewa secara nyata. Intinya, semakin banyak unit dibangun, semakin mudah warga mendapat hunian dengan harga masuk akal.

Mamdani menekankan bahwa lonjakan biaya tempat tinggal membuat banyak orang harus meninggalkan kota yang mereka anggap rumah. Keduanya kemudian membahas bagaimana penambahan pasokan hunian bisa memulihkan keterjangkauan sewa. Trump menyatakan bahwa ia siap mendukung langkah tersebut dan tak akan menghalangi pembangunan baru di New York.

3. Keselarasan pandangan mereka soal kejahatan

ilustrasi pelaku kejahatan tertangkap polisi (pexels.com/Kindel Media)

Isu kejahatan menjadi bahasan yang lebih panjang dibanding imigrasi. Trump memuji keputusan Mamdani mempertahankan Jessica Tisch sebagai Komisaris Polisi Departemen Kepolisian New York (NYPD), yang ia nilai sebagai tanda keseriusan terhadap keamanan kota. Ia menilai keputusan itu menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas publik.

Trump menambahkan bahwa keduanya sama-sama tak ingin melihat kejahatan meningkat. Ia yakin pandangan mereka soal keamanan kota sejalan di banyak aspek. Bahkan, ia mengatakan akan merasa nyaman kembali tinggal di New York jika Mamdani menjadi wali kota karena kesamaan cara pandang tersebut.

4. Perbedaan pandangan imigrasi yang tetap dijembatani

ilustrasi deportasi (pexels.com/SHOX art)

Mamdani menyampaikan keluhan dari warganya tentang penegakan kebijakan imigrasi federal yang kini diberlakukan di New York. Ia mengatakan banyak keluarga hidup dalam rasa cemas akibat cara penegakan tersebut.

Trump menegaskan bahwa pembicaraan mereka lebih banyak berputar pada isu kejahatan ketimbang imigrasi, meski ia mengakui ada perbedaan pandangan di antara keduanya. Ia memastikan tak akan mengurangi pendanaan kota hanya karena perbedaan tersebut. Pada kesempatan itu, ia juga menyangkal label “jihadist” yang pernah diarahkan sekutunya kepada Mamdani, seraya menyampaikan bahwa ia tak merasa sedang berdiri di samping seseorang dengan label itu, dilansir dari BBC.

5. Kecintaan yang sama terhadap New York menyatukan keduanya

ilustrasi patung Liberty di New York (pexels.com/Pixabay)

Dilansir dari Al Jazeera, Trump menyebut New York sebagai tempat yang membesarkannya karena ia lahir di Queens. Mamdani yang bermukim di Astoria menyampaikan kecintaan yang sama terhadap kota yang akan ia pimpin. Kedua tokoh itu sama-sama menilai bahwa kedekatan emosional mereka dengan New York menjadi jembatan dalam pertemuan tersebut.

Momen hangat terjadi ketika keduanya berdiri di depan potret Franklin D. Roosevelt yang terpajang di Gedung Putih. Mamdani menghubungkan potret itu dengan era New Deal yang menurutnya relevan dengan krisis biaya hidup masa kini, lalu meminta berfoto di depan potret tersebut. Ia juga menyampaikan aspirasi warga New York yang ingin mengakhiri perang tanpa akhir yang dilakukan AS, sebuah harapan yang ia dengar langsung dari para pemilih Trump.

Dalam keseluruhan pertemuan, keduanya menunjukkan bahwa perbedaan politik tak harus menutup ruang dialog. Percakapan mereka memperlihatkan bahwa dua tokoh dengan latar berbeda tetap bisa menemukan titik temu ketika tujuan akhirnya adalah kepentingan warga New York.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team