ilustrasi Presiden China Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS
Dari 37 negara yang memilih berada di sisi Tiongkok, mayoritas memiliki cacat soal penegakan HAM. Dalam pernyataan resmi, Elaine Pearson dari Human Rights Watch mengatakan,"Para penandatangan yang pro-Tiongkok merupakan galeri berisi negara-negara yang tak punya kredibilitas sama sekali ketika menyangkut hak asasi manusia."
Arab Saudi, misalnya, dicurigai berada di balik pembunuhan serta mutilasi mendiang jurnalis sekaligus kolumnis Washington Post bernama Jamal Khashoggi. Lalu, Korea Utara sudah diketahui secara luas merupakan rezim represif tertutup yang dengan mudah memenjarakan, bahkan mengeksekusi, lawan politik.
Vladimir Putin memimpin Rusia dengan tangan besi yang tak hanya menolak oposisi dan menahan jurnalis, tapi juga mengintimidasi kelompok minoritas seperti LGBT. Pakistan pun tak kalah buruk di mana grup teroris Taliban kerap melakukan pengeboman yang menewaskan warga sipil.
Tiongkok sendiri dituding melakukan penawanan secara sepihak terhadap sekitar satu juta warga etnis Uighur yang sebagian besar memeluk agama Islam dan tidak berkomunikasi dengan bahasa Mandarin. Beijing juga disebut menunjukkan sikap negara pengintai dengan memasang banyak sekali CCTV di berbagai sudut di Xinjiang untuk mengawasi gerak-gerik warga lokal.