Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tank Rusia (Twitter.com/ Минобороны России)
ilustrasi tank Rusia (Twitter.com/ Минобороны России)

Jakarta, IDN Times - Penasihat keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan, pada hari Minggu (6/2/22) mengatakan bahwa saat ini Rusia bisa menyerang Ukraina kapan saja dalam skala penuh. Hal itu didasarkan pada informasi intelijen di mana Rusia telah mengumpulkan setidaknya 70 persen senjata militernya.

Meski peringatan dari pejabat top Amerika Serikat (AS) itu menjadi kecemasan tersendiri, tapi dia juga mengatakan bahwa jalur diplomasi masih terus dapat dijadikan sebagai pilihan. Diplomasi digunakan untuk mencegah invasi Rusia ke Ukraina.

Rusia telah dituduh merencanakan invasi ke Ukraina dengan menumpuk sekitar lebih dari 100 ribu pasukan di dekat perbatasan. Bahkan tentara Rusia juga telah berada di Belarusia untuk mengadakan latihan militer, yang juga bisa melancarkan serangan ke Ukraina dari negara tersebut. Sejauh ini, Rusia terus menolak tuduhan tersebut.

1. Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja

Ilustrasi pasukan militer Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

Pada hari Sabtu (5/2/22) para pejabat AS telah menjelaskan bahwa saat ini sekitar 70 persen kekuatan tempur Rusia telah disiapkan, untuk dapat melakukan invasi skala penuh ke Ukraina.

Pada hari Minggu, dalam sebuah acara wawancara, penasihat keamanan Gedung Putih Jake Sulivan mengomentari hal tersebut. Dilansir Reuters, dia mengatakan "setiap hari dari saat ini, Rusia dapat mengambil tindakan militer terhadap Ukraina, atau meungkin beberapa minggu dari sekarang."

Meski dalam informasi intelijen Ukraina dan AS, Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu pasukan di dekat perbatasan, namun Moskow menolak tuduhan telah merencakan invasi ke Kiev. Bahkan pejabat Rusia juga pernah menyatakan mereka tidak menginginkan atau memulai perang.

Sullivan mengatakan "kami percaya bahwa ada kemungkinan yang sangat jelas bahwa Vladimir Putin akan memerintahkan serangan ke Ukraina."

"Itu bisa terjadi besok, atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi. Dia (Vladimir Putin) telah menempatkan dirinya dalam posisi dengan penempatan militer untuk dapat bertindak agresif terhadap Ukraina kapan saja sekarang," tambah Sullivan.

2. Langkah menahan serangan Rusia

Salah satu kekhawatiran yang saat ini berkembang adalah bahwa Rusia di bawah Vladimir Putin telah berusaha untuk menyatukan kembali Uni Soviet. Negara pertama yang akan dicaplok adalah Ukraina.

Pandangan itu dimiliki oleh Senator John Barrasso, anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS. Dilansir Associated Press, Barraso mengatakan "dia (Vladimir Putin) perlu tersedak saat mencoba menelan Ukraina karena jika itu mudah baginya, kekhawatiran saya adalah China bergerak menyerang Taiwan dan Iran bergerak cepat ke senjata nuklir."

Oleh karena itu, AS bersama Sekutu NATO dan Eropa telah melakukan banyak cara untuk membantu Ukraina, seperti mengirim senjata pertahanan melawan kemungkinan invasi Rusia.

Presiden Joe Biden juga telah sepakat mengirim sekitar 3.000 pasukan AS ke negara-negara Eropa yang dekat Ukraina untuk bersiap menghadapi agresi Rusia yang mengancam.

Gelombang pertama pasukan tersebut telah tiba di Polandia, negara yang berbatasan dengan Ukraina dan Belarusia. Komandan mereka adalah Mayor Jenderal Christopher Donahue, yang pada 30 Agustus 2021 adalah tentara AS terakhir yang meninggalkan Afghanistan.

Jake Sullivan mengatakan "kuncinya adalah bahwa AS perlu dan siap untuk segala kemungkinan itu dan sejalan dengan sekutu serta mitra kami, kami telah memperkuat dan meyakinkan sekutu kami di sisi timur (Eropa)."

3. AS prediksi Rusia dapat merebut Kiev dengan cepat

Kendaraan tempur Rusia. (Twitter.com/ Минобороны России)

Dengan analisa saat ini yang disampaikan oleh AS bahwa pasukan Rusia telah memiliki kesiapan tempur 70 persen, ibu kota Kiev, Ukraina, dapat jatuh dengan cepat ke tangan musuh.

Pada hari Minggu, para pejabat AS memperingatkan anggota Parlemennya bahwa Vladimir Putin dapat memiliki semua opsi yang tersedia, dari kampanye militer terbatas di wilayah Donbas yang dikuasai kelompok separatis Ukraina, sampai invasi skala penuh.

Dilansir The Moscow Times, jika Moskow melancarkan invasi skala penuh, maka pasukan Putin dapat merebut ibu kota Kiev dan menggulingkan Presiden Volodymyr Zelensky dalam waktu 48 jam.

Dalam perkiraan dengan serangan semacam itu dapat menyebabkan puluhan ribu korban sipil tewas, antara 25.000 sampai 50.000 orang. Perkiraan korban tentara Ukraina adalah dari mulai 5.000 sampai 25.000 personel dan perkiraan korban di pihak Rusia adalah 3.000 hingga 10.000 personel tentara.

4. Ukraina tolak prediksi AS tentang korban serangan Rusia

Dmytro Kuleba dan Sekjen NATO di Brussel. (Twitter.com/Dmytro Kuleba)

Di sisi lain, pemerintah Ukraina dalam beberapa hari terakhir telah mencoba untuk meredakan kepanikan. Menyikapi prediksi AS tentang korban serangan dari pasukan Rusia, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitro Kuleba menolaknya.

Dilansir Al Jazeera, Kuleba mengatakan "jangan percaya ramalan apokaliptik. Ibu kota (Kiev) yang berbeda memiliki skenario yang berbeda (juga). Ukraina siap untuk perkembangan apa pun."

"Hari ini, Ukraina memiliki tentara yang kuat, dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kepercayaan Ukraina pada negara merdeka. Musuh seharusnya takur pada kita, bukan kita pada mereka," tambah Kuleba.

Meski Ukraina juga telah siap terhadap segala risiko, tapi peluang solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan dengan Rusia saat ini tetap tersedia. Penasihat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa menemukan solusi diplomatik "secara substansial lebih tinggi dari pada ancaman eskalasi lebih lanjut."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team