Ancaman Invasi Rusia, Ribuan Warga Ukraina Dukung Negaranya

Jakarta, IDN Times - Krisis Ukraina-Rusia telah menimbulkan ketegangan, khususnya di kota-kota perbatasan Ukraina yang dekat Rusia. Di Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina yang dekat dengan Rusia, ribuan penduduknya memberi dukungan pada negara dengan turun ke jalan pada hari Sabtu, 5 Februari 2022.
Para penduduk kota Kharkiv melakukan protes "Pawai Persatuan" dengan membawa spanduk bertuliskan "Kharkiv adalah Ukraina" dan "Hentikan Agresi Rusia."
Beberapa waktu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pernah mengatakan jika Rusia melancarkan invasi, maka Kharkiv yang dekat perbatasan kemungkinan akan diduduki pasukan Moskow.
1. Kota Kharkiv kemungkinan diduduki Rusia jika invasi terjadi
Sebelum Kiev, Kharkiv adalah ibu kota Ukraina. Kota tersebut menjadi pusat administrasi pemerintahan Ukraina ketika masih berada di bawah Soviet. Saat ini Kharkiv adalah salah satu kota industri yang maju, yang hanya berjarak 42 kilometer dari Rusia.
Ketika Ukraina kali ini sedang mempersiapkan segalanya untuk kemungkinan menghadapi serangan militer dari Rusia, ribuan penduduk Kharkiv turun ke jalan-jalan di kota tersebut. Mereka berteriak untuk memberikan dukungan kepada negara.
Dilansir Reuters, Presdien Zelensky sebelumnya pernah mengidentifikasi bahwa kota tersebut kemungkinan akan jadi target pendudukan Rusia. Tapi tak lama kemudian, juru bicaranya mengatakan bahwa Sang Presiden berbicara secara hipotesis.
Para penduduk Kharkiv menyanyikan lagu kebangsaan, mengibarkan bendera nasional dan bendera negara-negara yang mendukung Ukraina seperti Amerika Serikat (AS), Inggris atau Uni Eropa (UE).
Nina Kvitko, salah satu warga yang ikut acara tersebut mengatakan "orang-orang turun ke jalan untuk menunjukkan bahwa Kharkiv adalah kota Ukraina dan kami tidak akan menyerahkannya (kepada Rusia)."
2. Meningkatnya patriotisme di kota Kharkiv
Rusia telah dituduh merencakan invasi ke Ukraina. Saat ini, lebih dari sekitar 100 ribu pasukan Rusia terkonsentrasi di beberapa titik di sekitar perbatasan Ukraina. Upaya untuk meredakan ketegangan dan mencegah Rusia menyerang Ukraina dengan jalur diplomasi tersendat.
Dulu ketika Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014, kerusuhan merembet di kota Luhansk dan Donetsk. Pasukan separatis yang didukung Moskow mengambil wilayah tersebut dan memerdekakan diri. Kerusuhan menjalar ke kota Kharkiv yang berada di dekatnya.
Saat itu, para penduduk panik ketika gedung-gedung pemerintah mendapatkan serangan bom molotov dari pasukan separatis. Tapi tentara Ukraina berhasil mempertahankan kota itu agar tidak jatuh ke tangan pemberontak.
Dilansir Al Jazeera, Nadia Rynguina mengenang "pada tahun 2014, itu panik. Kali ini tidak ada kepanikan tapi kemarahan. Situasinya telah berubah, kami memiliki tentara yang layak, kami memiliki warga negara yang siap membela negara."
Seorang demonstran sepuh yang berusia 79 tahun bernama Yury Shmylyov, memperingatkan bahwa jalanan dan taman-taman di Kharkiv tidak akan pernah menjadi tempat aman bagi pasukan Rusia jika invasi dilakukan.
"Pada tahun 2014, kami takut untuk mengibarkan bendera biru dan kuning (Ukraina) di sini, tetapi sekarang lihatlah," katanya merujuk ribuan orang yang mengibarkan bendera nasional Ukraina.
Semangat patriotisme warga Kharkiv telah meroket seiring dengan tekanan dan ancaman dari Rusia. Mereka sangat antusias dalam memberikan dukungan kepada negara dan tentaranya.
3. 'Saya tidak ingin melihat penjajah,' kata demonstran
Jumlah tentara Ukraina telah mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 2014, ketika Semenanjung Krimea dicaplok oleh pasukan Moskow. Saat ini, AS dan beberapa negara UE juga telah memberikan bantuan senjata pertahanan kepada Ukraina.
Upaya untuk mencegah Rusia menyerang Ukraina terus dilakukan dengan berbagai cara, termasuk jalur diplomasi yang serius meskipun alot. Tapi Rusia terus menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat menyerang Kiev, meskipun telah menumpuk ratusan ribu pasukannya.
Ratusan ribu pasukan Rusia itu telah memicu ketegangan di daerah perbatasan Ukraina-Rusia. Tapi para penduduk Kharkiv saat ini memiliki semangat tinggi untuk membela negaranya.
Dilansir France24, Iryna Gayeva yang membawa bendera nasional Ukraina mengatakan "kami tidak menginginkan Rusia. Saya lahir di Krimea. Itu sudah cukup, mereka sudah mengambil tanah air saya. Saya dibesarkan di sini, saya tinggal di sini. Orang tua saya dari Rusia tetapi saya tidak ingin melihat penjajah."
Ribuan warga Kharkiv yang turun ke jalan, berbaris dan berkumpul di alun-alun kota. Mereka terlihat bersemangat meski suhu di bawah nol derajat celsius.