Melansir dari The Guardian, pengembang vaksin ini membebankan biaya suntikan sekitar 5 dolar AS (Rp70 ribu) per dosis. Hasil penjualan vaksin AstraZeneca selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai lebih dari 2,2 miliar dolar AS (Rp31,2 triliun). Hasil penjualan vaksin pada kuartal ketiga tahun ini mencapai sebesar 1,1 miliar dolar AS (Rp15,6 triliun).
Perusahaan farmasi lainnya telah memperoleh keuntungan yang luar biasa dalam penjualan vaksin COVID-19 di kuartal ketiga tahun ini, dengan Moderna mencapai 4,8 miliar dolar AS (Rp68,1 triliun) dan Pfizer memproleh 13 miliar dolar AS (Rp184,4 triliun). Pfizer pada awal bulan ini memperkirakan pendapatan perusahaan dari vaksin pada tahun ini bisa mencapai 36 miliar dolar AS (Rp510,8 triliun).
Nicholas Hyett, seorang analis ekuitas dari Hargreaves Lansdown, memperkirakan AstraZeneca tidak akan memperoleh banyak keuntungan dari vaksin COVID-19 karena vaksin dikenal akan kesederhanaan dan biayanya yang lebih rendah. Dia memperkirakan kenaikan harga hanya akan mendorong pembeli beralih ke pemasok lain.
AstraZeneca pada akhir September telah memasok lebih dari 145 juta dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah, melalui prigram berbagi vaksin COVAX yang didukung PBB.