Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Serangan udara dan darat Israel di wilayah Gaza, telah menghancurkan wilayah kantong tersebut sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Pihaknya juga terus mengendalikan semua akses ke Gaza. (x.com/UNLazzarini)
Serangan udara dan darat Israel di wilayah Gaza, telah menghancurkan wilayah kantong tersebut sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Pihaknya juga terus mengendalikan semua akses ke Gaza. (x.com/UNLazzarini)

Intinya sih...

  • Badai musim dingin tewaskan 11 warga Palestina

  • Bangunan runtuh dan puluhan ribu tenda rusak, fasilitas umum lumpuh, krisis air dan medis memburuk

  • Krisis kemanusiaan semakin buruk di Gaza, Israel bertanggung jawab atas kondisi kemanusiaan yang terjadi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Badai musim dingin ekstrem akibat sistem tekanan rendah di kutub melanda Jalur Gaza, Palestina dalam beberapa hari terakhir dan menewaskan sedikitnya 11 warga. Pemerintah Gaza menyebut, bencana ini semakin memperparah krisis kemanusiaan yang telah berlangsung selama dua tahun akibat perang.

Dalam pernyataan resminya pada Sabtu (13/12/2025), Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan, badai tersebut menyebabkan runtuhnya bangunan-bangunan yang sebelumnya telah rusak akibat serangan Israel. Tim Pertahanan Sipil berhasil mengevakuasi 11 jenazah, dan tim masih mencari setidaknya satu orang yang masih hilang.

Selain korban jiwa, badai ini menimbulkan kerusakan langsung yang ditaksir mencapai sekitar 4 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp63 miliar. Kerusakan tersebut berdampak luas pada warga yang tinggal di tenda-tenda pengungsian dan tempat penampungan darurat yang tidak mampu melindungi dari cuaca ekstrem.

Kondisi ini, menurut pemerintah Gaza, mencerminkan rapuhnya situasi kemanusiaan di wilayah tersebut meski gencatan senjata telah diberlakukan sejak 10 Oktober.

1. Bangunan runtuh dan puluhan ribu tenda rusak

Badai menyebabkan sedikitnya 13 rumah runtuh di berbagai wilayah di Jalur Gaza. Kantor Media Pemerintah Gaza menegaskan, seluruh bangunan tersebut sebelumnya telah terdampak serangan selama perang.

Selain rumah, dampak terparah terlihat di kamp-kamp pengungsian. Lebih dari 27.000 tenda dilaporkan hanyut atau terendam air, sementara total lebih dari 53.000 tenda mengalami kerusakan sebagian maupun total.

Kerusakan ini secara langsung memengaruhi lebih dari 250.000 warga Palestina yang mengungsi. Secara keseluruhan, sekitar 1,5 juta orang saat ini hidup di tenda dan tempat penampungan darurat dengan perlindungan minim dari hujan, angin kencang, dan suhu dingin.

Badai juga merusak baterai, alat penerangan alternatif, serta panel surya kecil yang menjadi sumber listrik utama bagi banyak keluarga pengungsi dan pusat penampungan.

2. Fasilitas umum lumpuh, krisis air dan medis memburuk

Pemerintah Gaza melaporkan, air hujan menggenangi dan merusak jaringan pembuangan limbah, serta merendam pintu masuk sekolah dan fasilitas pendidikan yang digunakan sebagai tempat pengungsian.

Pipa air sementara juga rusak, menyebabkan air bersih bercampur dengan air hujan dan lumpur, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi. Kondisi ini memperburuk krisis air bersih yang sudah ada sebelumnya.

Di sektor kesehatan, banyak pos medis darurat di pusat pengungsian mengalami kerusakan. Obat-obatan, perlengkapan medis, dan peralatan pertolongan pertama hilang atau rusak, sementara tim medis kesulitan menjangkau wilayah terdampak akibat banjir dan cuaca ekstrem.

Ribuan keluarga juga kehilangan persediaan makanan, termasuk bantuan yang baru dibagikan namun rusak akibat genangan air.

3. Krisis kemanusiaan semakin buruk di Gaza

Dilansir Anadolu, Minggu (14/12/2025), Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan, besarnya kerugian akibat badai mencerminkan peringatan lama tentang rapuhnya kondisi pengungsian. Situasi ini disebut diperburuk oleh pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan.

Pemerintah Gaza menyebut, Israel telah menghalangi masuknya sekitar 300.000 tenda, rumah mobil, dan karavan, serta mencegah pembangunan tempat tinggal yang layak dan aman bagi warga sipil.

“Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kondisi kemanusiaan yang terjadi di wilayah Gaza,” kata mereka.

Pemerintah Gaza menyerukan kepada komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga-lembaganya, organisasi kemanusiaan, negara penjamin gencatan senjata, serta negara donor untuk menekan pembukaan seluruh jalur perbatasan tanpa syarat dan memastikan masuknya bahan tempat tinggal serta pasokan darurat, sesuai protokol kemanusiaan dalam perjanjian gencatan senjata.

Editorial Team