Park Jung-oh, ketua kelompok pembelot Korea Utara Kuensaem, di Seoul, Korea Selatan, pada 18 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji
Sementara, kelompok pembelot Korea Utara yang berada di Korea Selatan mengklaim baru saja mengirimkan brosur-brosur propaganda anti-Pyongyang melewati perbatasan pada Senin tengah malam dari kota Paju.
"[Kami] mengirim brosur anti-Korea Utara [ke Korea Utara] antara pukul 11 malam sampai tengah malam pada Senin [dari kota] di Paju," ucap pemimpin kelompok pembelot Park Sang-hak, seperti dikutip Yonhap. Untuk menghindari pengawasan polisi, Park mengklaim kelompoknya mencari lokasi yang sangat gelap.
Park menyebut enam orang dari kelompoknya mengirimkan sebanyak 500.000 brosur menggunakan 20 balon helium berukuran besar. Isinya antara lain 500 brosur soal kisah sukses Korea Selatan dan 2.000 uang kertas satu dolar AS.
Pemerintah Korea Selatan sempat mengatakan menggugat kelompok tersebut karena dianggap membahayakan keselamatan warga di wilayah perbatasan. Publik pun terbelah di mana ada yang mendukung, ada juga yang menilai itu bertentangan dengan hak kebebasan berekspresi di Korea Selatan.
Aktivitas seperti ini memang yang membuat Korea Utara geram sehingga meningkatkan panasnya situasi di Semenanjung Korea. Pada minggu lalu, Korea Utara bahkan meledakkan kantor penghubung gabungan dua Korea di kota perbatasan Kaesong.
Menurut Korea Utara, Korea Selatan "sangat mengetahui" mengapa bangunan "yang sudah kehilangan nilai keberadaan dan arti simbolik" tersebut dihancurkan. Korea Utara menegaskan bahwa Korea Selatan telah melanggar Deklarasi Panmunjom dengan membiarkan propaganda anti-Pyongyang terus terjadi.