Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi banjir (unsplash.com/ Jéan Béller)
ilustrasi banjir (unsplash.com/ Jéan Béller)

Intinya sih...

  • Warga dievakuasi dengan perahu, risiko kecelakaan meningkat

  • PBB dan AS kirimkan bantuan berupa selimut, tenda, dan alat penyaring air

  • Pakistan termasuk negara rentan terhadap banjir akibat pemanasan global

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang Pakistan telah mengevakuasi lebih dari dua juta orang di provinsi Punjab dan 150 ribu lainnya di provinsi Sindh setelah banjir melanda wilayah timur negara itu. Pejabat mengatakan bahwa jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah dalam beberapa hari mendatang.

Menurut laporan terbaru Korps Medis Internasional pada Jumat (12/9/2025), hujan lebat sejak akhir Juni telah menewaskan lebih dari 900 orang di seluruh negeri, serta menghancurkan sebagian besar lahan pertanian dan rumah warga. Banjir ini memberikan dampak serius bagi penduduk Pakistan, yang 40 persen di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan.

1. Warga dievakuasi dengan perahu

Dilansir dari BBC, banyak warga di Punjab memilih tetap tinggal di rumah demi melindungi harta benda mereka meski ada risiko banjir. Tim penyelamat harus mendatangi rumah-rumah untuk mengevakuasi warga desa beserta ternak mereka menggunakan perahu. Namun, metode ini bisa berisiko karena perahu-perahu kecil harus berhadapan dengan arus yang kuat.

Pada Selasa (9/9/2025), sembilan orang tewas setelah perahu penyelamat yang membawa korban banjir terbalik di Sungai Indus. Beberapa hari sebelumnya, lima orang juga tewas akibat kejadian serupa di pinggiran kota Jalalpur Pirwala. Di negara tetangga, India, banjir juga menewaskan sedikitnya 30 orang dan berdampak pada lebih dari 354 warga.

2. PBB dan AS kirimkan bantuan

Pihak berwenang menyatakan telah mengirimkan berton-ton pasokan bantuan, termasuk selimut, tenda dan alat penyaring air ke daerah-daerah yang terdampak banjir di Punjab.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Inam Haider Malik, menyampaikan butuh waktu berminggu-minggu hingga air surut sebelum mereka dapat memulai pekerjaan rehabilitasi di ribuan desa dan lahan pertanian.

Pekan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengalokasikan 5 juta dolar AS (sekitar Rp82 miliar) untuk mendukung respons banjir di Pakistan. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga menyetujui pendanaan dan mengerahkan personel tanggap darurat ke negara itu.

3. Pakistan termasuk negara rentan terhadap banjir

Dilansir dari Al Jazeera, pemanasan global telah memperburuk musim hujan tahun ini di Pakistan, salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dalam beberapa bulan terakhir, hujan deras telah memicu banjir bandang dan tanah longsor di wilayah pegunungan di utara dan barat laut.

"Ini adalah banjir terbesar dalam sejarah Punjab. Banjir ini telah berdampak pada dua juta orang. Ini pertama kalinya tiga sungai – Sutlej, Chenab, dan Ravi – membawa air setinggi itu," kata menteri senior provinsi tersebut, Marriyum Aurangzeb, pada Agustus.

Pada 2022, hujan deras selama berbulan-bulan di Pakistan menewaskan lebih dari 1.700 orang dan berdampak pada lebih dari 30 juta warga. Ini menjadi salah satu peristiwa banjir paling mematikan dalam sejarah.

Menghadapi banjir terbaru, otoritas Pakistan telah mengumumkan status darurat iklim pekan ini. Perdana Menteri Shehbaz Sharif juga memerintahkan para pejabat untuk menyusun rencana 300 hari guna menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team