Ilustrasi penduduk Afghanistan. (Twitter.com/IOM Afghanistan)
Sejak Taliban mengalahkan pasukan pemerintah Afghanistan dan akhirnya menguasai ibu kota Kabul, kelompok tersebut kemudian menguasai Afghanistan secara hampir keseluruhan.
Sejak itu, semua akses perbankan Afghanistan ke internasional kemudian diputus dan semua bantuan dihentikan. AS juga membekukan aset bank sentral negara tersebut yang disimpan di New York.
AS dan PBB terhadap menjatuhkan sanksi kepada para pemimpin Taliban dan melarang bantuan keuangan kepada siapa pun yang berafiliasi dengan pemerintah mereka.
Dilansir Associated Press, alasan pemutusan bantuan dan pembekuan aset adalah, untuk menekan para pemimpin Taliban agar menghormati hak-hak perempuan dan agama minoritas.
Tapi faktanya, Taliban mengangkat semua laki-laki di kabinetnya pada September lalu, dan beberapa di antaranya adalah tokoh dengan keyakinan garis keras. Salah satu orang bahkan pernah menjadi target FBI dengan hadiah 5 juta dolar (Rp71,5 milar) untuk kepalanya.
Dunia internasional kemudian mengalami kebingungan bagaimana membantu orang-orang miskin Afghanistan, tanpa melibatkan para pemimpin Taliban. Banyak organisasi nirlaba kesehatan masyatakat yang berjuang dengan susah payah untuk membayar gaji pegawai, membeli makanan dan bahan bakar untuk rumah sakit agar tetap berfungsi.
Ada sebuah kekhawatiran yang menakutkan atas sanksi yang melumpuhkan bagi Afghanistan. Para pekerja sektor publik yang tidak mendapatkan gaji, dapat menciptakan lebih banyak pengungsi, lebih banyak rakyat miskin menghadapi keputusasaan dan lebih banyak esktremisme akan muncul.