Nigeria memiliki beberapa tantangan keamanan yang besar. Beberapa di antaranya adalah kelompok militan Boko Haram dan kelompok bandit bersenjata. Tapi, pada 2018 lalu, sebuah laporan menyebutkan bahwa konflik penggembala-petani yang meningkat telah menimbulkan korban lebih banyak daripada teror Boko Haram.
Dalam laporan International Crisis Group, konflik dua kelompok itu telah terjadi di beberapa negara bagian yakni Benue, Plateau, Adamawa, Nasarawa dan Taraba. Konflik baru-baru ini terjadi di Nasarawa. Pada 2018, sekitar 1.300 orang tewas akibat perseteruan penggembala-petani.
Selain masalah perebutan hak wilayah penggembalaan dan hak atas air, ada tiga faktor yang dinilai telah memperburuk konflik selama beberapa dekade.
Tiga faktor itu adalah serangan milisi, respons pemerintah yang buruk terhadap panggilan darurat dan gagalnya menghukum pelaku, serta undang-undang baru yang melarang penggembalaan terbuka.
Konflik yang biasanya terjadi dari reaksi spontan kini menjadi provokasi dan serangan terencana yang lebih mematikan. Akar konflik telah ada sejak puluhan tahun lalu. Tapi menurut Al Jazeera, kini provokasi konflik diseret ke gesekan antar agama.
Terkait konflik di Nasarawa, Gubernur Abdullahi Sule berjanji akan mengejar pembunuh penggembala Fulani dan pembunuh petani Tiv.
"Tindakan kekerasan seperti itu sangat disayangkan, terkutuk, dan tidak dapat diterima dan tidak akan dimaafkan oleh pemerintahan ini," kata dia.