Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tentara sedang berperang.
ilustrasi perang antara Thailand dan Kamboja (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Pembebasan 18 tentara Kamboja menjadi syarat utama gencatan senjata dengan Thailand.

  • Peran diplomasi China memastikan pembebasan tentara sesuai kesepakatan gencatan senjata.

  • Konflik perbatasan Thailand-Kamboja telah berlangsung selama lebih dari satu abad, dengan gencatan senjata terbaru diharapkan meredakan ketegangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Thailand akhirnya membebaskan 18 tentara Kamboja yang ditangkap sejak Juli 2025 lalu dalam rangkaian bentrokan mematikan di wilayah perbatasan kedua negara pada Rabu (31/12/2025). Pembebasan tersebut dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai Thailand dan Kamboja pada Sabtu pekan lalu.

Serah terima para tentara sempat tertunda selama satu hari akibat kekhawatiran Thailand terkait dugaan pelanggaran gencatan senjata, seperti dilaporkan BBC. Namun, proses pembebasan akhirnya dilaksanakan setelah adanya tekanan diplomatik berkelanjutan dari China agar kesepakatan damai tetap dipatuhi oleh kedua pihak.

Ketegangan di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja kembali meningkat sejak awal Desember 2025 dan berlangsung selama beberapa pekan. Situasi tersebut memaksa hampir satu juta warga sipil mengungsi dari rumah mereka di kawasan perbatasan.

Kesepakatan gencatan senjata terbaru diharapkan menjadi langkah awal untuk meredakan konflik yang telah menelan korban jiwa dan mengganggu stabilitas kawasan Asia Tenggara.

1. Pembebasan tentara jadi syarat utama gencatan senjata

Dalam kesepakatan yang dicapai pada Sabtu (27/12/2025), Thailand dan Kamboja sepakat untuk membekukan posisi pasukan di garis depan saat ini, melarang pengiriman bala bantuan tambahan, serta membuka jalan bagi kembalinya warga sipil ke wilayah perbatasan secepat mungkin.

Sebanyak 18 tentara Kamboja yang dibebaskan terlihat mengenakan pakaian sipil saat dikawal melewati pos perbatasan dan diserahkan kepada otoritas Kamboja. Mereka disambut oleh pejabat serta warga yang hadir dalam prosesi penyerahan tersebut.

Penahanan para tentara sejak Juli 2025 lalu, yang terjadi dalam gelombang bentrokan sebelumnya, sempat memicu sentimen nasionalisme yang kuat di Kamboja. Pembebasan mereka menjadi salah satu tuntutan utama Phnom Penh dalam perundingan gencatan senjata dengan Bangkok.

Kementerian Luar Negeri Thailand menyebut pembebasan tersebut sebagai bentuk itikad baik. Dalam pernyataannya, Thailand menyatakan harapan agar Kamboja membalas itikad baik ini melalui tindakan nyata.

2. Peran diplomasi China

Salah satu ketentuan utama gencatan senjata adalah kewajiban Thailand untuk menyerahkan 18 tentara tersebut dalam waktu 72 jam setelah kesepakatan berlaku, atau paling lambat Selasa siang (30/12/2025). Namun, proses tersebut sempat tertunda.

Pemerintah Thailand menuding Kamboja telah melanggar kesepakatan dengan menerbangkan lebih dari 250 pesawat nirawak ke wilayah Thailand pada Minggu (28/12/2025), sehari setelah gencatan senjata diumumkan. Tuduhan ini menjadi alasan utama penundaan pembebasan.

Meski demikian, tekanan diplomatik dari China disebut berperan besar dalam memastikan kesepakatan tetap dijalankan. Setelah upaya diplomasi tersebut, pembebasan akhirnya dilakukan sesuai dengan kerangka perjanjian yang telah disepakati.

Hingga saat ini, meskipun sempat diwarnai saling tuding, gencatan senjata terbaru dinilai masih bertahan.

3. Konflik perbatasan yang berlarut

Perselisihan perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Namun, ketegangan kembali meningkat tajam tahun ini setelah sekelompok perempuan Kamboja menyanyikan lagu-lagu patriotik di sebuah kuil yang berada di wilayah sengketa.

Insiden tersebut diikuti dengan serangkaian bentrokan bersenjata. Seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas dalam insiden pada Mei 2025, sebelum konflik memuncak pada Juli dengan pertempuran intens selama lima hari di sepanjang perbatasan.

Bentrok Juli 2025 lalu menewaskan puluhan tentara dan warga sipil serta memaksa ribuan orang mengungsi. Kedua negara sempat menyepakati gencatan senjata rapuh yang ditandatangani pada Oktober, dengan mediasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Namun, kesepakatan itu runtuh ketika ketegangan kembali meletup awal bulan ini. Gencatan senjata terbaru kini menjadi harapan baru untuk menghentikan siklus kekerasan dan membuka ruang dialog jangka panjang antara Thailand dan Kamboja.

Editorial Team