Ilustrasi bendera Burkina Faso. (Pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
Melansir France 24, Burkina Faso mengalami dua kali kudeta militer pada tahun lalu. Negara itu juga telah diguncang oleh pemberontakan yang meluas dari negara tetangga Mali pada 2015.
Pertempuran dengan pemberontak telah menyebabkan ribuan orang terbunuh, lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan rumah mereka dan sekitar 40 persen wilayah negara berada di luar kendali pemerintah.
Pada Minggu, Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengumumkan untuk melanjutkan sanksinya terhadap Burkina Faso, Mali, dan Guinea. Tiga negara yang dipimpin militer itu telah ditangguhkan dari keanggotaan ECOWAS setelah kudeta.
Dalam pidatonya di KTT Uni Afrika pada Sabtu, ketua Komisi AU Moussa Faki Mahamat mengatakan, blok pan-Afrika perlu melihat strategi baru untuk melawan kemunduran demokrasi.
"Sanksi yang dikenakan pada negara-negara anggota setelah perubahan pemerintahan yang tidak konstitusional tampaknya tidak membuahkan hasil yang diharapkan," katanya.