Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Vietnam (Vyacheslav Argenberg / http://www.vascoplanet CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Kesenjangan perdagangan Vietnam dengan AS mencapai 123,5 miliar dolar AS pada 2024, menjadi yang terbesar ketiga setelah China dan Meksiko.
  • Vietnam siap membuka pasarannya, termasuk meningkatkan impor produk pertanian AS untuk mencegah ancaman tarif Trump.
  • Trump mengenakan tarif sebesar 25 persen terhadap baja dan aluminium Vietnam, serta mengancam dengan tarif khusus untuk negara tersebut.

Jakarta, IDN Times - Vietnam mengungkapkan pihaknya tidak berniat menerapkan tindakan yang menimbulkan beban atau membatasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Hanoi menyebut siap membuka pasarnya, termasuk meningkatkan impor produk pertanian AS, seiring dengan upaya mencegah ancaman tarif oleh Presiden AS Donald Trump.

Para pemimpin Vietnam telah melakukan upaya menenangkan pemerintahan Trump dan berjanji untuk membeli lebih banyak produk AS. Menurut para analis, janji Hanoi untuk mengimpor lebih banyak produk Washington, serta langkah-langkah penyeimbang lainnya dapat menghindarkan negara tersebut dari tarif yang dikenakan pemerintahan Trump.

Menurut Kementerian Perdagangan, AS saat ini merupakan pasar impor terbesar kelima bagi Vietnam. Sementara itu, negara tetangga China itu juga merupakan pasar terbesar kesembilan bagi produk pertanian Negeri Paman Sam, yang mengimpor produk-produk, seperti daging sapi, kedelai, dan apel, dilansir Bloomberg.

1. Vietnam menjadi sasaran tarif perdagangan Trump

Surplus perdagangan Vietnam dengan AS melebar menjadi 123,5 miliar dolar AS (setara Rp2.000 triliun) pada 2024, menjadikannya kesenjangan perdagangan terbesar ketiga antara negara mana pun dengan AS, setelah China dan Meksiko. Hal tersebut menyebabkan negara-negara manufaktur berpotensi menjadi target utama tarif Washington.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pihaknya akan mempelajari negara-negara dengan surplus perdagangan terbesar dan tarif tertinggi terlebih dahulu. Di antara mitra dagang utama Washington, Vietnam adalah salah satu negara dengan kesenjangan tarif terbesar dan membebankan bea masuk yang lebih tinggi dibandingkan yang diterapkan AS. 

Trump belum secara eksplisit menyebutkan Hanoi sebagai target tarif perdagangannya. Namun, tarif baru sebesar 25 persen yang diberlakukan AS terhadap baja dan aluminium telah menghantam negara Asia Tenggara tersebut. Sebelumnya tarif terhadap aluminium Vietnam adalah sebesar 10 persen.

2. Trump memberlakukan tarif timbal balik

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. (Michael Vadon, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Pada Kamis, Trump menandatangani sebuah memo yang menginstruksikan stafnya untuk mengembangkan tarif khusus untuk setiap negara dan meminta staf melaporkan kembali dalam waktu 180 hari. Trump menyatakan rencana menerapkan tarif timbal balik sebagai bagian dari upayanya mendatangkan investasi ke AS dan meningkatkan produksi.

"Jika Anda membangun produk Anda di AS, tidak ada tarif. (Trump) hanya melakukan apa yang adil. Dalam hampir semua kasus, mereka membebankan tarif yang jauh lebih tinggi kepada kami daripada yang kami kenakan kepada mereka, tetapi masa-masa itu sudah berakhir. Ini seharusnya dilakukan sejak lama," bunyi pernyataan Trump, dikutip dari BBC.

Selain dengan Uni Eropa, langkah Trump diperkirakan akan berdampak pada hubungan dagang dengan negara-negara lainnya, seperti India, Vietnam, dan Thailand yang memiliki tarif relatif lebih tinggi dan mengandalkan AS sebagai pasar ekspor yang besar.

3. Vietnam bersiap hadapi perang dagang global

ilustrasi pelabuhan (pexels.com/Samuel Wolfl)

Pengiriman telah melonjak sejak perang dagang AS-China pecah pada masa jabatan pertama Trump, yang mempercepat perpindahan produksi merek-merek global dari Negeri Tirai Bambu ke negara-negara lain, seperti Vietnam. Negara ASEAN tersebut kini telah menjadi basis alternatif utama produksi yang ditujukan untuk pasar Negeri Paman Sam.

Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh, menginstruksikan kabinetnya untuk bersiap menghadapi kemungkinan perang dagang global setelah Trump mengenakan tarif sebesar 10 persen pada semua produk China.

Pham mengatakan, situasi di dunia dan kawasan berkembang sangat tidak terduga, dan berdampak langsung pada Vietnam, terutama pada ekspor, produksi dan bisnis, serta ekonomi makro, mengutip VOA.

Dia menekankan bahwa jika perang dagang global terjadi, dimana negara-negara saling mengenakan tarif balasan terhadap ekspor satu sama lain, hal tersebut dapat mengganggu rantai pasokan dan menyusutkan pasar ekspor Vietnam. Itu menimbulkan risiko yang signifikan terhadap perekonomian negara Asia Tenggara tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team