Washington DC, IDN Times - Coronavirus Disease (COVID-19) yang pertama kali diketahui muncul di kota Wuhan, China, pada tahun 2019 lalu, telah menjadi badai pandemik di seluruh dunia.
Total umat manusia yang terinfeksi virus tersebut secara global telah lebih dari 214 juta orang. Mereka yang meninggal lebih dari 4,4 juta orang.
Upaya untuk menghentikan infeksi dengan vaksin terus digenjot agar kekebalan kawanan global dapat terpenuhi, meski terkendala banyak masalah.
Namun demikian, upaya untuk memahami asal-muasal COVID-19 masih menjadi perdebatan.
Tidak puas dengan hasil penelitian tim WHO pada Januari-Februari yang menolak teori kebocoran laboratorium China, AS melakukan penyelidikan lewat badan intelijennya. Badan intelijen tersebut rencananya akan segera menerbitkan laporannya.
Namun di sisi lain, Beijing dengan keras mengecam politisasi penelitian asal-muasal COVID-19. Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan pelacakan COVID-19 membutuhkan sains, bukan intelijen.