Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi sampel uji PCR. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)
Ilustrasi sampel uji PCR. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri China menyebut, pembatasan masuk perjalanan yang diberlakukan oleh sejumlah negara terhadap para pelancong yang berasal dari China, tak masuk akal.

“Mereka tidak memiliki dasar ilmiah dalam menerapkan kebijakan tersebut,” kata Juru Bicara Kemlu China, Mao Ning, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (4/1/2023).

1. China tak ingin masalah COVID-19 jadi tujuan politik

Ilustrasi COVID-19 di Tiongkok (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Mao juga menyebut bahwa China bersedia berkomunikasi dengan sejumlah negara tersebut terkait penyebaran COVID-19. Saat ini, kasus COVID-19 di China memang kian melonjak, terutama setelah China melonggarkan sejumlah pembatasan.

“Tapi, kami dengan tegas menentang upaya untuk memanipulasi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi untuk tujuan politik,” ujar Mao lagi.

2. WHO meminta China transparan soal data

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Sementara itu, WHO telah mendesak pejabat kesehatan di China untuk secara teratur membagikan informasi spesifik dan real time tentang kenaikan kasus di China.

Saat ini, hampir 20 negara telah mewajibkan tes PCR maksimal 48 jam sebelum perjalanan, untuk para pelancong dari China. Aturan ini berlaku untuk warga negara China, warga negara asing, dan warga negaranya sendiri.

Beberapa negara tersebut adalah Amerika Serikat, Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Prancis, Australia, dan Korea Selatan.

3. Krematorium di China disebut mulai kewalahan

Sejumlah rumah duka di kota Shanghai, China, diberitakan kewalahan melayani permintaan kremasi jenazah. Saat ini, kasus COVID-19 di China kian melonjak di tengah pelonggaran sejumlah aturan dan kebijakan nol-COVID.

Menurut informasi yang beredar, dikutip dari ANTARA, Selasa (3/1/2023), sejumlah rumah duka terpaksa melakukan kremasi dua atau lebih jenazah dalam satu insinerator.

Biro Urusan Sipil (CAB) Shanghai memastikan,pengoperasian peralatan untuk kremasi jenazah di sejumlah rumah duka sudah sesuai standar nasional. Standar tersebut adalah satu insinerator untuk satu jenazah.

“Situasi yang beredar di internet tidak pernah terjadi di rumah duka mana pun,” sebut pernyataan dari CAB.

Namun, pihaknya mengakui bahwa jumlah kasus positif COVID-19 di China terus bertambah, sehingga memicu meningkatnya jumlah kasus kematian.

Editorial Team