Pada 22 Desember, Kementerian Luar Negeri China melakukan protes atas pengumuman terbaru AS terkait penjualan dan bantuan militer ke Taiwan. Pihaknya juga memperingatkan agar Washington tidak bermain api.
"China mendesak AS untuk berhenti mempersenjatai Taiwan, serta menghentikan tindakan berbahaya yang merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," kata kementerian tersebut.
Beijing menambahkan, tindakan Washington itu sangat melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China.
Presiden AS Joe Biden pada 21 Desember mengesahkan penyediaan dana hingga 571 juta dolar AS (sekitar Rp9,2 triliun) untuk material dan layanan Departemen Pertahanan, serta pendidikan dan pelatihan militer bagi Taiwan. Jumlah tersebut merupakan tambahan dari otorisasi Biden sebesar 567 juta dolar AS (Rp9,1 triliun) untuk tujuan yang sama pada akhir September.
Secara terpisah, Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa penjualan militer senilai Rp295 juta dolar AS (Rp4,7 triliun) telah disetujui. Penjualan dan bantuan militer AS bertujuan untuk membantu Taiwan mempertahankan diri dan menghalangi Beijing melancarkan serangan.