PM Jepang Sanae Takaichi dan Presiden China Xi Jinping (首相官邸ホームページ, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Ketegangan bermula dari pernyataan PM Takaichi di parlemen Jepang pada 7 November. Takaichi, yang dikenal sebagai politikus konservatif, menyatakan bahwa potensi serangan China terhadap Taiwan bisa memicu respons militer dari Tokyo.
Menurut Takaichi, serangan militer terhadap Taiwan dapat mengancam keamanan Jepang. Undang-undang keamanan Jepang tahun 2015 sendiri memang memungkinkan upaya pertahanan kolektif dalam keadaan tertentu.
“Jika keadaan darurat di Taiwan memerlukan kapal perang dan penggunaan kekuatan, maka hal itu dapat menjadi situasi yang mengancam kelangsungan hidup (Jepang), dilihat dari sudut mana pun,” tutur Takaichi, dilansir The Guardian
Di sisi lain, Beijing selalu menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya sendiri dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk mengambil alih pulau tersebut. Taiwan berjarak sangat dekat, sekitar 100-110 kilometer, dari pulau Jepang terdekat, menjadikannya isu keamanan yang penting bagi Tokyo.
Sebelumnya, para pemimpin Jepang cenderung menghindari komentar langsung mengenai pertahanan Taiwan. Mereka biasanya mempertahankan kebijakan ambiguitas strategis yang juga digunakan oleh Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Tokyo.