Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Panas! Ucapan Takaichi Soal Taiwan Bikin China Murka

Sanae Takaichi mengisi acara di Prefektur Fukuoka (x.com/@takaichi_sanae)
Sanae Takaichi mengisi acara di Prefektur Fukuoka (x.com/@takaichi_sanae)
Intinya sih...
  • Pernyataan Takaichi picu ledakan amarah Beijing.
  • Postingan konsul China di Osaka menyulut krisis diplomatik.
  • China serang balik, AS dan Taiwan ikut menyindir.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Jepang dan China terjebak dalam ketegangan baru menyusul pernyataan keras dari Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai potensi pengerahan militer bila konflik terjadi di Taiwan. Ia menilai serangan terhadap pulau itu dapat memicu pelibatan Pasukan Pertahanan Diri Jepang apabila ancaman tersebut mengguncang eksistensi negaranya.

Menurutnya, Jepang memiliki hak menjalankan pertahanan diri kolektif, yakni membantu sekutu jika situasi genting terjadi, dan wajib bersiap menghadapi skenario terburuk di Selat Taiwan.

“Apa yang disebut kontinjensi Taiwan telah menjadi sangat serius sehingga kita harus mengantisipasi skenario terburuk,” katanya, dikutip dari The Guardian.

Beijing selama ini tidak menutup opsi penggunaan kekuatan untuk merebut Taiwan, sebuah demokrasi yang dianggap sebagai bagian dari wilayah China dan harus disatukan kembali.

1. Pernyataan Takaichi picu ledakan amarah Beijing

ilustrasi operasi keamanan di area laut (pexels.com/germannavyphotograph)
ilustrasi operasi keamanan di area laut (pexels.com/germannavyphotograph)

Takaichi menyampaikan pada Jumat (7/11/2025) bahwa setiap langkah militer China ke Taiwan, termasuk blokade laut, bisa dikategorikan sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup Jepang sehingga memungkinkan Tokyo menggunakan hak pertahanan diri kolektif. Ucapan itu langsung menyulut kritik tajam dari Beijing sepanjang akhir pekan.

Walaupun konstitusi Jepang pascaperang melarang penggunaan kekuatan dalam sengketa internasional, undang-undang keamanan nasional yang disahkan pada 2015 di masa Shinzo Abe membuka ruang bagi pertahanan diri kolektif dalam kondisi tertentu, bahkan bila Jepang tak diserang langsung.

Ketegangan ini makin kentara setelah Takaichi bertemu Presiden China, Xi Jinping, di KTT APEC di Korea Selatan. Dalam pertemuan itu, ia sempat berjanji memperkuat hubungan yang konstruktif dan stabil. Namun, Takaichi menolak mencabut ucapannya meski berjanji lebih berhati-hati dalam membahas isu keamanan di parlemen. Perseteruan ini menjadi sinyal hubungan Jepang-China di bawah Takaichi bisa kian tegang mengingat sikapnya yang pro-Taipei dan berambisi memperkuat militer Jepang.

2. Postingan konsul China di Osaka menyulut krisis diplomatik

ilustrasi benera China
ilustrasi bendera China (pexels.com/cake cat)

Situasi makin panas ketika Konsul Jenderal China di Osaka, Xue Jian, menulis komentar pedas di X yang menyinggung ucapan Takaichi soal Taiwan.

“Kita tidak punya pilihan selain memotong leher kotor yang telah menerjang kita tanpa ragu. Apakah kamu siap?” tulisnya dalam unggahan yang kemudian dihapus, dikutip dari The Independent.

Pemerintah Jepang langsung bereaksi terhadap postingan itu.

“Kami memprotes keras dan mendesak agar postingan itu segera diturunkan,” kata juru bicara senior pemerintah Jepang, Minoru Kihara, kepada wartawan pekan ini.

Kihara menyebut maksud postingan Xue tidak sepenuhnya jelas, tetapi tetap dinilai sangat tidak pantas. Kementerian Luar Negeri Jepang pun melayangkan protes resmi ke Beijing sejak Minggu dan menuntut penghapusan unggahan tersebut. Dalam unggahan lain, Xue juga menuding pernyataan Shinzo Abe dan legislator Jepang tentang darurat Taiwan sebagai bentuk campur tangan dalam urusan dalam negeri China yang harus ditarik kembali disertai permintaan maaf.

3. China serang balik, AS dan Taiwan ikut menyindir

ilustrasi bendera Taiwan
ilustrasi bendera Taiwan

Dilansir dari Anadolu Agency, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa pernyataan Takaichi tentang Taiwan adalah salah dan berbahaya karena dianggap ikut campur urusan dalam negeri China. Ia juga menyampaikan bahwa Beijing mendesak Tokyo menanggung tanggung jawab historisnya dalam isu Taiwan dan mematuhi prinsip satu-China serta empat dokumen politik yang mengatur hubungan kedua negara. Lin menambahkan bahwa Jepang harus menghentikan provokasi dan tidak lagi mengirim sinyal salah kepada kelompok separatis pro-kemerdekaan di Taiwan.

Menurut Lin, unggahan Xue Jian di X hanyalah tanggapan terhadap pernyataan Takaichi yang dinilai berpotensi memisahkan Taiwan dari China serta membuka peluang intervensi militer di Selat Taiwan. Sementara itu, juru bicara kantor presiden Taiwan, Karen Kuo, menilai ancaman yang dilontarkan pejabat China terhadap Jepang telah melanggar norma diplomatik dan tidak dapat ditoleransi.

Di sisi lain, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Jepang, George Glass, ikut bereaksi di X dengan menulis bahwa topeng diplomat China terlepas lagi, seraya menyebut pernyataan itu sebagai ancaman terhadap Takaichi dan rakyat Jepang.

Ketegangan antara dua negara Asia Timur ini bermula seminggu lalu ketika Beijing menuduh Takaichi bertindak tidak pantas setelah bertemu penasihat senior Presiden Taiwan, Lai Ching-te, di sela KTT APEC serta mengunggah foto pertemuan mereka ke media sosial. Perdana menteri perempuan pertama Jepang itu kemudian menegaskan kepada parlemen bahwa ucapannya soal pertahanan diri kolektif berangkat dari asumsi skenario terburuk dan sesuai kebijakan pemerintah, namun ia tak lagi ingin menyampaikannya dalam konteks situasi tertentu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

TOP 5: Porsi MBG Sudah 1,8 Miliar hingga Ketua DPP PDIP Dilaporkan ke Polri

13 Nov 2025, 05:00 WIBNews