Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sultan Al Jaber, Presiden COP28 di Dubai (Twitter.com/COP28 UAE)

Jakarta, IDN Times - Rancangan kesepakatan COP28 di Dubai tidak menyatakan penghapusan penggunan bahan bakar fosil secara penuh. Hal itu menimbulkan kekecewaan dan kemarahan para pakar iklim dan politisi.

Rancangan tersebut dirilis pada Senin (11/12/2023). Salah satu sumber menyebutkan, tidak adanya penghapusan bahan bakar fosil adalah akibat tekanan negara-negara kaya minyak seperti Arab Saudi.

1. Ada kesempatan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat sebelum acara selesai

Penggunaan bahan bakar fosil dinilai menjadi pendorong utama perubahan iklim dan cuaca ekstrem di seluruh dunia. Namun, rancangan kesepakatan COP28 justru tidak memuat seruan untuk mengakhiri secara total penggunaannya.

"Anda tahu apa yang masih harus disepakati, dan Anda tahu bahwa saya ingin Anda mewujudkan ambisi tertinggi dalam segala hal, termasuk bahasa bahan bakar fosil," kata Presiden COP28, Sultan Al Jaber, dikutip dari Al Jazeera.

Dia juga menekankan, masih ada waktu untuk mencapai kesepatakan dan menyelesaikan perbedaan sebelum acara berakhir pada Selasa.

Negara-negara kaya minyak seperti Saudi dan Iran dengan tegas menentang dimasukkannya seruan untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil tersebut.

2. Rancangan kesepakatan tidak cukup ambisius

Editorial Team

Tonton lebih seru di