Jakarta, IDN Times - Dapur amal di Jalur Gaza, yang dikenal dengan tekeya, telah menjadi satu-satunya fasilitas yang memberikan makanan secara gratis kepada para pengungsi. Namun, tempat itu kini terancam tutup akibat menipisnya stok makanan di gudang bantuan dan toko-toko lokal serta harga yang melambung tinggi.
Hany Abu Al-Qassem, yang mengelola tekeya di Rafah, mengatakan tim relawannya biasa menyiapkan 10 jenis hidangan untuk ribuan pengungsi yang tinggal di dekatnya. Kini, mereka hanya menyediakan dua atau tiga jenis makanan saja, tanpa protein hewani, untuk menghemat anggaran.
“Kami sudah mengurangi setengah porsi makanan kami, padahal dengan meningkatnya jumlah pengungsi, seharusnya porsinya ditingkatkan. Jika keadaan semakin memburuk, kami mungkin akan menghentikan operasi sama sekali, begitu juga dengan tekeya lainnya,” katanya kepada The National.