Delegasi Israel Akan ke Qatar untuk Bahas Pertukaran Tahanan Hamas

Jakarta, IDN Times – Utusan pejabat Israel akan mengunjungi Qatar pekan depan untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
"Delegasi tersebut akan diberi mandat khusus untuk merumuskan tanggapan terhadap tuntutan Hamas di hadapan para mediator, sesuai dengan keadaan yang akan muncul dalam negosiasi,” lapor media Israel, dikutip Al Jazeera, Sabtu (17/2/2024).
Kesepakatan gencatan senjata kedua telah dinegosiasikan selama berminggu-minggu, namun belum ada terobosan karena Israel dan Hamas memiliki tuntutan yang berbeda.
1. Pertemuan diam-diam
Pada Jumat, Presiden Israel Isaac Herzog diam-diam bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani di sela-sela Konferensi Keamanan Munich. Keduanya membahas upaya pembebasan sandera di Jalur Gaza.
”Herzog membawa beberapa sandera yang dibebaskan dalam kesepakatan sebelumnya dan anggota keluarga dari mereka yang masih ditahan di Gaza bersamanya ke Munich,” kata seorang sumber kepada Axios.
Langkah Herzog tersebut merupakan upaya Israel membebaskan sandera sejak 7 Oktober lalu.
Pertemuan terjadi hanya beberapa hari setelah perdana menteri Qatar, Direktur CIA Bill Burns, dan kepala mata-mata Mesir dan Israel bertemu di Kairo untuk membahas proposal terbaru dalam perundingan penyanderaan.
2. Hamas terbuka untuk negosiasi
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Sabtu mengatakan pihaknya feksibel untuk bernegosiasi dengan Israel terkait konflik di Gaza. Ia lantas menuduh Israel menunda-nunda upaya negosiasi.
“Faksi-faksi Palestina tidak akan menerima apa pun selain penghentian total agresi, penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan, kembalinya para pengungsi, terutama ke utara Jalur Gaza, dan berakhirnya konflik,” ungkap Haniyeh dalam pernyataannya, dilansir Xinhua.
Haniyeh juga mencatat bahwa Hamas akan bekerja dengan segala cara untuk menghentikan pertumpahan darah yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza.
3. Pembahasan upaya perdamaian
Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Arab dilaporkan aktif terlibat dalam penyusunan rencana pendirian negara Palestina.
Pada Sabtu (17/2/2024), media The Washington Post, yang mengutip pejabat AS dan Arab, menekankan urgensi untuk menyelesaikan rencana tersebut demi terciptanya perdamaian jangka panjang Palestina-Israel.
“Berbagai upaya sedang dilakukan untuk menentukan kerangka waktu bagi pendirian negara Palestina dan akan diumumkan dalam beberapa pekan mendatang,” lapor The Post
Israel telah berulang kali menolak upaya gencatan senjata. Pekan lalu, penolakan itu kembali digaungkan. Ia menyebut proposal Hamas sebagai delusi.
"Menyerah pada permintaan delusi Hamas tidak akan membuat Hamas terbebas. Itu hanya akan mengundang pembantaian lainnya," ungkap Netanyahu dilansir The Jerussalem Post.