Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Inggris (unsplash.com/Rodrigo Santos)
bendera Inggris (unsplash.com/Rodrigo Santos)

Intinya sih...

  • Defend Our Juries tetap lanjutkan demonstrasi pro-Palestina

  • Menteri Dalam Negeri Inggris kecewa dengan berlanjutnya demonstrasi

  • Insiden antisemit meningkat sejak meletusnya perang di Gaza

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Polisi Inggris menyerukan agar protes pro-Palestina yang rencananya digelar di pusat kota London akhir pekan ini dibatalkan menyusul serangan terhadap sebuah sinagoge di kota Manchester. Mereka mengatakan bahwa demonstrasi tersebut akan mengalihkan sumber daya aparat yang tengah dibutuhkan untuk melindungi komunitas Yahudi.

Kelompok Defend Our Juries berencana menggelar demonstrasi di Trafalgar Square pada Sabtu (4/10/2025) untuk mendukung Palestine Action. Organisasi pro-Palestina ini dilarang oleh pemerintah Inggris pada Juli lalu berdasarkan undang-undang anti-terorisme.

“Dengan memilih mendorong pelanggaran hukum massal dalam skala sebesar ini, Defend Our Juries telah mengalihkan sumber daya dari komunitas di London pada saat sumber daya tersebut sangat dibutuhkan. Kami mendesak mereka untuk bersikap bertanggung jawab dengan menunda atau membatalkan rencana mereka," kata pihak kepolisian dalam pernyataan di X pada Jumat (3/10/2025).

1. Defend Our Juries berkomitmen untuk tetap lanjutkan demonstrasi

Menanggapi seruan tersebut, Defend Our Juries menyatakan bahwa pihaknya akan tetap melanjutkan demonstrasi.

"Kalau begitu, jangan tangkap kami. Kami melakukan protes damai terhadap keterlibatan Inggris dalam genosida. Atasi terorisme yang sebenarnya," tulis kelompok itu di X.

Sebelumnya, pada Kamis (3/10/2025) malam, beberapa jam setelah serangan di Manchester, demonstrasi juga digelar di Whitehall, London, untuk memprotes tindakan militer Israel yang menghentikan armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan ke Gaza. Dalam aksi tersebut, sekitar 40 orang ditangkap, enam di antaranya karena melakukan penyerangan terhadap polisi.

2. Menteri Dalam Negeri Inggris kecewa dengan berlanjutnya demonstrasi

Dilansir dari Sky News, Menteri Dalam Negeri Inggris, Shabana Mahmood, mengaku sangat kecewa melihat demonstrasi tetap berlangsung di tengah situasi yang ada. Menurutnya, sikap tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai khas Inggris.

“Mereka seharusnya bisa menahan diri dan memberi kesempatan bagi komunitas yang telah mengalami kehilangan mendalam itu setidaknya 1-2 hari untuk merenungi apa yang terjadi dan melanjutkan proses berduka. Saya pikir seharusnya ada sedikit rasa kemanusiaan yang ditunjukkan," ujarnya.

Sementara itu, Zack Polanski, pemimpin Partai Hijau, menuduh Mahmood bersikap sangat tidak bertanggung jawab atas komentarnya mengenai protes pro-Palestina. Menurutnya, pemerintah berusaha membungkam perbedaan pendapat dengan memanfaatkan serangan brutal tersebut.

“Saya pikir pada akhirnya menyamakan protes menentang genosida di Gaza dan kemudian memanfaatkannya sebagai senjata terkait serangan antisemit di jalanan kita, sebuah serangan teror, adalah tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab,” kata Polanski.

3. Insiden antisemit meningkat sejak meletusnya perang di Gaza

Sedikitnya dua orang tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan terhadap komunitas Yahudi di Manchester pada Kamis. Insiden itu terjadi bertepatan dengan perayaan Yom Kippur, hari paling suci dalam agama Yahudi.

Pelaku, Jihad al Shamie, seorang warga Inggris keturunan Suriah berusia 35 tahun, menabrakkan mobilnya ke arah pejalan kaki lalu menikam sejumlah orang di luar Sinagoge Heaton Park Congregation di Crumsall. Ia kemudian tewas ditembak polisi.

Menurut laporan, tiga orang lainnya, dua pria berusia 30-an tahun dan seorang perempuan berusia 60-an tahun, juga telah ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam pelaksanaan, persiapan, dan penghasutan tindakan terorisme.

Seperti negara-negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat (AS), Inggris juga mencatat lonjakan insiden antisemit sejak meletusnya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023. Menurut Community Security Trust (CST), lembaga amal yang memberikan perlindungan bagi komunitas Yahudi di Inggris, tahun 2024 tercatat sebagai tahun terburuk kedua untuk insiden semacam itu, dengan 3.500 kasus dilaporkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team