Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tenaga medis menyuntik pasien (unsplash.com/Mathurin NAPOLY / matnapo)
ilustrasi tenaga medis menyuntik pasien (unsplash.com/Mathurin NAPOLY / matnapo)

Intinya sih...

  • Dokter di Inggris mencoba membunuh pasangan ibunya dengan menyuntikkan racun yang disamarkan sebagai vaksin COVID-19.
  • Thomas Kwan, 53 tahun, menyamar sebagai perawat untuk menyuntikkan zat beracun kepada Patrick O'Hara, yang selamat namun menderita nekrosis fasciitis.
  • Kwan khawatir rumah ibunya akan diwariskan kepada O'Hara jika ia meninggal. Ia memalsukan dokumen dan menggunakan bahan kimia seperti arsenik dan merkuri cair.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Seorang dokter di Inggris pada Senin (7/10/2024) mengaku mencoba membunuh pasangan ibunya dengan menyuntikkan racun yang disamarkan sebagai vaksin COVID-19.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa Thomas Kwan, 53 tahun, menyamar sebagai perawat yang memberikan suntikan booster untuk menyuntikkan zat beracun kepada Patrick O’Hara. Pria berusia 71 tahun itu selamat, namun menderita nekrosis fasciitis, infeksi bakteri pemakan daging yang berpotensi mematikan, usai menerima suntikan tersebut.

Kwan awalnya membantah tuduhan percobaan pembunuhan, tetapi kemudian mengubah pengakuannya menjadi bersalah setelah jaksa penuntut memaparkan kasus tersebut di Pengadilan Newcastle Crown di timur laut Inggris, dilansir dari Associated Press.

1. O'Hara dianggap menghalangi Kwan untuk mewarisi harta ibunya

Jaksa penuntut, Thomas Makepeace, mengungkapkan kepada pengadilan bahwa Kwan khawatir dengan surat wasiat ibunya, yang menetapkan bahwa rumah ibunya akan diwariskan kepada O'Hara jika ia meninggal.

"Tuan Kwan memanfaatkan pengetahuan ensiklopedisnya dan penelitian tentang racun untuk melaksanakan rencananya," kata Makepeace.

Kwan sendiri merupakan seorang dokter keluarga yang berbasis di Sunderland, sekitar 15 24 kilometer dari Newcastle.

Dalam melancarkan aksinya, Kwan memalsukan dokumen, menggunakan pelat nomor palsu pada mobilnya, dan menyamar dengan mengenakan pakaian pelindung lengkap, kacamata hitam, serta masker bedah ketika mengunjungi rumah yang ditempati ibunya, Jenny Leung, bersama O'Hara di Newcastle pada Januari.

"Seperti yang saya duga akan terjadi pada kita semua, Tuan O'Hara tertipu sepenuhnya," tambah jaksa penuntut tersebut.

2. O'Hara harus dirawat di unit perawatan intensif selama beberapa minggu

Dalam keadaan kesakitan dan dengan lengan yang melepuh, O'Hara pergi ke rumah sakit keesokan harinya, di mana ia didiagnosis menderita nekrosis fasciitis. Sebagian dari lengannya harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Ia dirawat selama beberapa minggu di unit perawatan intensif.

Kwan berhasil diidentifikasi dengan bantuan rekaman kamera pengawas. Saat rumahnya digeledah, polisi menemukan berbagai bahan kimia, termasuk arsenik dan merkuri cair, serta biji jarak yang dapat digunakan untuk membuat senjata kimia ricin.

Namun, polisi belum dapat mengonfirmasi zat apa yang digunakan Kwan untuk menyuntik OHara.

3. Kwan menolak memberitahu zat beracun yang digunakannya

Dilansir dari Reuters, Layanan Penuntutan Mahkota Inggris (CPS) mengatakan bahwa O'Hara disuntik dengan racun yang belum diketahui, yang menyebabkan cedera yang mengubah hidupnya.

“Meskipun upaya pembunuhan terhadap korban untungnya tidak berhasil, dampaknya masih sangat besar,” kata Christopher Atkinson dari CPS.

“Pada saat Kwan seharusnya membantu staf medis dengan mengidentifikasi zat ini, dia malah tidak memberikan komentar terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya dalam wawancara polisi, sehingga kesehatan korban semakin memburuk,” tambahnya.

Kwan akan dijatuhi hukuman pada 17 Oktober.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team