Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251014-WA0012.jpg
Presiden RI, Prabowo Subianto disambut hangat dan akrab oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat sesi foto bersama para pemimpin dunia (dok. Tim Media Prabowo)

Intinya sih...

  • Trump klaim banyak negara siap kirim pasukan ke Gaza

  • Israel langgar gencatan senjata

  • AS yakin gencatan senjata masih terus berjalan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dalam unggahannya di platform Truth Social pada Selasa (21/10/2025), menyebut sejumlah negara di Timur Tengah telah menawarkan diri untuk mengirim pasukan ke Jalur Gaza guna menghadapi kelompok Hamas, jika gencatan senjata yang sedang berlangsung kembali dilanggar. Salah satu yang disebut adalah Indonesia.

Pernyataan Trump itu langsung menarik perhatian banyak pihak, bukan hanya karena potensi eskalasi baru di kawasan. Dalam unggahan itu, Trump mengucapkan terima kasih kepada Indonesia dan Presiden Prabowo Subianto atas kontribusi yang telah diberikan bagi stabilitas Timur Tengah dan dukungan terhadap Amerika Serikat.

“Banyak sekutu besar kita di Timur Tengah dan wilayah di sekitarnya, dengan semangat luar biasa menyampaikan kepada saya bahwa mereka akan menyambut kesempatan untuk masuk ke Gaza dan ‘menertibkan Hamas’ jika Hamas melanggar kesepakatan mereka dengan kami,” tulis Trump.

“Saya ingin berterima kasih kepada negara besar dan kuat Indonesia, dan pemimpinnya yang luar biasa, atas semua bantuan yang telah mereka tunjukkan dan berikan kepada Timur Tengah, serta kepada Amerika Serikat,” lanjutnya dilansir Al Jazeera, Rabu (22/10/2025).

Trump tidak menyebut secara eksplisit negara mana saja yang menawarkan diri. Namun, pernyataannya mengindikasikan bahwa ada beberapa negara sekutu AS di kawasan Timur Tengah yang siap bertindak atas permintaannya.

Hingga saat ini, belum ada satu pun pemerintah di kawasan tersebut yang secara resmi mengonfirmasi klaim tersebut.

Indonesia sendiri sebelumnya telah menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jika diminta. Namun, Jakarta menegaskan tidak akan terlibat dalam operasi militer ofensif terhadap pihak mana pun, melainkan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan perdamaian.

Dalam unggahannya, Trump menggambarkan dukungan yang disebutnya sebagai semangat luar biasa itu sebagai momen bersejarah. “Cinta dan semangat untuk Timur Tengah seperti ini belum pernah terlihat dalam seribu tahun. Ini hal yang indah untuk disaksikan,” tulisnya.

“Saya katakan kepada mereka dan kepada Israel, ‘belum sekarang!’ Masih ada harapan Hamas akan melakukan hal yang benar,” ujarnya.

1. Trump klaim banyak negara siap kirim pasukan ke Gaza

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sedang menyampaikan pidatonya di General Assembly Hall, New York, Selasa (23/9/2025). (YouTube/IDN Times)

Dalam unggahan panjangnya di Truth Social, Trump menegaskan, sejumlah negara di Timur Tengah telah siap untuk mengirim kekuatan militer jika Hamas kembali melanggar kesepakatan gencatan senjata. Ia bahkan menggunakan istilah “heavy force” atau kekuatan besar untuk menggambarkan kesiapan itu.

Namun, Trump juga menyatakan bahwa ia belum memberikan izin kepada negara mana pun untuk masuk ke Gaza. “Saya katakan kepada negara-negara itu dan kepada Israel, belum sekarang. Masih ada harapan bahwa Hamas akan mematuhi kesepakatan,” tulisnya.

Meski begitu, ia memberi peringatan keras bahwa jika Hamas melanggar gencatan, maka akhir dari Hamas akan cepat, ganas, dan brutal.

Pernyataan itu muncul di tengah kondisi gencatan senjata yang rapuh. Sejak 10 Oktober, Israel telah menewaskan hampir 100 warga Palestina meskipun kesepakatan gencatan senjata masih berlaku. Beberapa di antara korban tewas disebut oleh Israel sebagai ancaman keamanan karena mendekati area militer yang tidak ditandai dengan jelas.

Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, Israel juga terus membatasi masuknya bantuan kemanusiaan. Dari 6.600 truk bantuan yang dijanjikan untuk masuk ke Gaza, hanya 986 yang diizinkan melintas sejak awal gencatan. Kondisi ini memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah yang hancur akibat perang lebih dari setahun terakhir.

Trump sendiri menilai gencatan senjata yang ia bantu mediasi sebagai pencapaian besar pemerintahannya. Namun, kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa kekerasan masih terus terjadi dan ancaman terhadap penduduk sipil belum berhenti.

2. Israel langgar gencatan senjata

Serangan drone Israel tewaskan 6 warga Gaza. (WAFA)

Sejak hari pertama gencatan senjata, Israel dituding terus melanggar kesepakatan yang ditandatangani dengan mediasi Amerika Serikat dan sejumlah negara Arab. Serangan udara dan penembakan terhadap warga Palestina masih terjadi, terutama di Rafah dan Khan Younis.

Pelanggaran terbesar terjadi pada Minggu (19/10/2025), ketika Israel meluncurkan gelombang serangan udara setelah dua tentaranya tewas di Rafah. Israel menuduh Hamas bertanggung jawab, namun kelompok itu membantah keterlibatan, dan menyebut insiden itu terjadi di wilayah yang sepenuhnya dikendalikan pasukan Israel.

Beberapa media Amerika melaporkan, dua tentara Israel tersebut kemungkinan tewas karena kendaraan mereka melindas bahan peledak yang belum meledak. Namun, hal itu tak mencegah Israel membalas dengan menghentikan seluruh pengiriman bantuan dan kembali menggempur wilayah Gaza selatan.

Dalam dua tahun terakhir, Israel telah menewaskan sebagian besar pemimpin politik dan militer Hamas, namun juga menewaskan lebih dari 68 ribu warga sipil Palestina. Wilayah Gaza kini luluh lantak, dengan lebih dari separuh penduduknya mengungsi dan kelaparan akibat blokade yang masih berlangsung.

Sejumlah organisasi hak asasi manusia dan penyelidik PBB menyebut, tindakan Israel sebagai kejahatan perang dan genosida. Meski demikian, Israel tetap menolak tuduhan tersebut dan menyatakan operasi militernya ditujukan untuk membasmi ‘terorisme’.

3. AS yakin gencatan senjata masih terus berjalan

Wakil Presiden AS JD. Vance berdialog dengan peserta Konvensi Rakyat di Huntington Place, Detroit, Michigan. (Gage Skidmore from Surprise, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0 via Wikimedia Commons)

Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance menyatakan, pemerintahan Trump sedang berupaya menjaga agar gencatan senjata tetap berlangsung. Berbicara kepada wartawan di Israel, Vance mengaku optimistis meski mengakui adanya tantangan di lapangan. “Kami berada di posisi yang baik. Kami harus terus bekerja keras, tapi saya yakin kami memiliki tim yang tepat,” ujarnya.

Vance mengatakan, perlucutan senjata Hamas akan membutuhkan waktu lama dan perlu didahului dengan pembentukan struktur keamanan baru di Gaza. Ia mengumumkan pendirian Civilian Military Cooperation Centre (CMCC) di Israel, pusat kerja sama sipil-militer pimpinan AS yang akan menjadi markas koordinasi bantuan dan rekonstruksi Gaza.

Komandan Komando Pusat Militer AS (CENTCOM), Laksamana Brad Cooper, menjelaskan ada sekitar 200 personel militer Amerika yang ditempatkan di pusat tersebut. “Fasilitas ini akan menjadi pusat segala pengiriman bantuan dan pembangunan kembali Gaza,” katanya.

Amerika Serikat menegaskan, tentaranya tidak akan ditempatkan langsung di dalam wilayah Gaza. Kehadiran mereka hanya untuk mendukung distribusi bantuan dan memastikan jalur logistik berjalan aman.

Editorial Team