Ilustrasi tentara. (Unsplash.com/Diego González)
Pada 26 Agutus, puluhan ribu orang melalukan unjuk rasa rasa di ibu kota Niger, Niamey, untuk mendukung kudeta dan menentang keberadaan pasukan Prancis. Demonstran berkumpul di stadion Seyni Kountche, yang ditutupi bendera Niger, Aljazair, dan Rusia.
Prancis saat ini masih memiliki 1.500 tentara di Niger, yang membantu melawan pemberontak di negara tersebut.
Namun, kerja sama militer telah ditangguhkan sejak kudeta, yang menurut para pemimpinnya pemerintahan Bazoum tidak berbuat cukup untuk melindungi negara. Junta dilaporkan lebih memilih untuk mengandalkan tentara bayaran Wagner dari Rusia.
Kepala staf Niger telah menempatkan tenatara dalam siaga tinggi untuk mengantisipasi kemungkinan intervensi dari blok Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS).
Presiden Komisi ECOWAS Omar Alieu Touray membantah bahwa blok tersebut telah menyatakan perang terhadap rakyat Niger. Tapi, dia tidak mengesampingkan untuk menggunakan kekuatan yang sah demi memulihkan ketertiban konstitusional sebagai cara terakhir, jika upaya diplomatik gagal.