Kudeta yang telah dilakukan di Burkina Faso telah menjadi guncangan lain di kawasan Afrika Barat. Letkol Damiba yang memimpin kudeta tersebut, pada hari Kamis malam memberikan pidato nasional untuk pertama kalinya.
Dalam pidato itu, dilansir BBC, Damiba mengatakan "ketika kondisinya tepat, sesuai dengan tenggat waktu yang akan ditentukan rakyat kita dalam semua kedaulatan, saya berkomitmen untuk kembali ke tatanan konstitusional yang normal."
Selain itu, Damiba mengatakan akan bertemu dengan perwakilan dari berbagai bagian masyarakat guna bersepakat peta jalan reformasi. Dia juga menambahkan bahwa membutuhkan mitra internasional lebih dari sebelumnya.
"Saya meminta komunitas internasional untuk mendukung negara kita sehingga dapat keluar dari krisis ini sesegera mungkin," kata Letnan Kolonel Damiba.
Damiba juga berjanji akan melakukan perang melawan ekstremis sebagai prioritas dan merebut kembali daerah perdesaan sehingga memungkinkan sekitar 1,5 juta penduduk yang kehilangan rumah agar bisa kembali.
Sebelumnya, Damiba berada di garis depan perang melawan kelompok ekstremis.
Prancis memiliki lebih dari 5.000 pasukan di Afrika Barat, membantu bekas koloni termasuk Burkina Faso, untuk memerangi pasukan ekstremis. Tapi kehadiran Prancis semakin tidak populer dan Presiden Macron mulai mengurangi jumlah pasukannya.
Mali menggunakan tentara bayaran Wagner Group dari Rusia. Kelompok itu juga disebutkan sedang menawarkan jasa serupa kepada pemimpin baru Burkina Faso.