Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Ekuador, Daniel Noboa Azin. (twitter.com/DanielNoboaOk)
Presiden Ekuador, Daniel Noboa Azin. (twitter.com/DanielNoboaOk)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ekuador Daniel Noboa, pada Senin (22/1/2024), mengatakan negaranya mengharapkan bantuan teknologi dan persenjataan dari Amerika Serikat (AS) untuk mengatasi kasus teror dan kekerasan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. 

Pada awal Januari, Noboa sudah mendeklarasikan konflik internal memerangi geng kriminal di Ekuador. Namun, ia mengakui bahwa geng narkoba Ekuador sekarang sangat kuat dan menyalahkan pemerintahan eks Presiden Rafael Correa yang membiarkannya berkembang. 

1. Noboa akan mencari bantuan finansial dari AS dan Uni Eropa

Noboa mengatakan, AS sudah mengetahui apa yang terjadi di Ekuador dalam beberapa pekan terakhir. Ia pun menyebut bahwa AS bersedia membantu negaranya melawan geng kriminal di Ekuador. 

"AS dan seluruh dunia sudah melihat apa yang terjadi di Ekuador dan mereka tahu apa yang terpenting bagi Ekuador untuk melindungi seluruh penduduknya. Negara ini sudah menjadi rute penting bagi kelompok penyelundup narkoba," terangnya. 

Dilansir Reuters, Noboa juga mencari bantuan finansial dari AS dan Uni Eropa (UE) untuk membiayai perang melawan geng kriminal. Tak hanya itu, ia pun berencana memperluas akses pengeboran minyak yang sebelumnya sudah ditutup. 

"Tidak bisa dimungkiri pembiayaan hutang luar negeri akan menjadi hal vital saat ini. Ini penting untuk mendapat bantuan finansial dari AS dan UE, sehingga finansial kita tidak terhambat di tengah perang," sambungnya. 

2. Komandan Southern Command AS tiba di Ekuador

Pernyataan Noboa diucapkan menjelang kedatangan Komandan Komando Selatan AS Jenderal Laura Richardson di Ekuador. Ia rencananya akan ditemani oleh Penasehat Khusus Benua Amerika Christopher Dodd dan Wakil Sekretaris Biro Antinarkoba Christopher Landberg. 

Dilaporkan Telesur, kedatangan delegasi AS ini untuk meningkatkan kerja sama bilateral, terutama dalam bidang keamanan dengan Ekuador setelah melihat serangkaian teror dan aksi brutal dari geng narkoba. 

Delegasi AS itu diagendakan bertemu dengan Presiden Noboa dan Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Perekonomian. Selain itu, Richardson juga akan menemui petinggi militer, pejabat yudisial, dan perwakilan masyarakat di Ekuador. 

Kerja sama AS-Ekuador kali ini akan berfokus pada pertukaran informasi untuk melawan organisasi kriminal transnasional dan mengadakan pelatihan militer, serta memberikan bantuan kemanusiaan. 

3. Ekuador mengalami kerugian besar akibat lonjakan kekerasan

Kepolisian Ekuador saat mengadakan inspeksi di jalan. (twitter.com/PoliciaEcuador)

Berdasarkan data dari Indeks Perdamaian Global 2023, Ekuador mengalami penurunan peringkat menjadi di posisi 97 dari 163 negara. Turunnya posisi Ekuador mengindikasikan tingginya kerugian ekonomi akibat kekerasan di negaranya. 

Institut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) mempublikasikan bahwa kerugian ekonomi akibat tingginya kekerasan di Ekuador mencapai 12.229 juta dolar AS (Rp191,47 triliun) setiap tahunnya. Dari angka itu, maka dampak kerugian per orangnya mencapai 1.127 dolar AS (Rp17,6 juta) dan mencapai 6 persen dari PDB. 

Dilansir Primicias, dalam aspek militer, termasuk belanja militer meliputi pembiayaan personel militer dan akses senjata di negara sangat besar. Sebagai informasi, biaya untuk mengerahkan militer melawan geng kriminal mencapai 1 miliar dolar AS (Rp15,6 triliun) dalam setahun. 

Di sisi lain, sektor ekonomi yang paling terdampak dari tingginya kekerasan di Ekuador adalah komersial, restoran, dan pariwisata. Dampak kekerasan sudah menyebar di seluruh negeri dan meningkatkan persepsi rendahnya keamanan sehingga menurunkan tingkat konsumsi warga. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm