Ilustrasi kelahiran bayi. (unsplash/Christian Bowen)
Dilansir The Guardian, Beberapa pengguna media sosial (medsos) mengatakan bahwa Negeri Sakura tersebut bukanlah satu-satunya negara ekonomi maju yang mengalami penurunan populasi jangka panjang.
Selain itu, beberapa diantara pengguna medsos menggunakan unggahan Musk guna mengkritik upaya pemerintah Jepang karena tidak berbuat cukup dalam meningkatkan angka kelahiran di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
"Apa gunanya men-tweet ini?" tulis Tobias Harris, seorang akademisi senior di Center for American Progress. "Kecemasan seputar masa depan demografis Jepang bukanlah bahwa Jepang pada akhirnya akan lenyap, melainkan dislokasi sosial yang mendalam yang terjadi sebagai akibat dari penurunan ke tingkat populasi yang lebih rendah," Harris menambahkan.
Menurut para ahli, rendahnya tingkat kelahiran di Jepang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk beban biaya keuangan memiliki anak dan biaya hidup yang tinggi. Serta, kurangnya penyediaan pengasuhan anak dan jam kerja yang terkenal panjang.
Adapun himbauan untuk mengatasi masalah rendahnya angka kelahiran, termasuk mempermudah perempuan untuk kembali bekerja setelah memiliki anak.