Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat keduanya bertemu di resor laut Hitam Sochi, Rusia, pada 22 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Sputnik/Mikhail Metzel/Kremlin via REUTERS
Sementara itu, AFP melaporkan Rusia sepertinya senang dengan kalimat yang dilontarkan Macron terkait NATO. Ini ditunjukkan oleh komentar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, melalui akun Facebook pribadinya.
"Itu adalah kata-kata emas... sebuah definisi yang tepat soal situasi terkini dari NATO," tulisnya. Sebagai bekas Uni Soviet, Rusia dinilai wajar bersikap seperti demikian. Dalam analisis Council on Foreign Relations terkait agresi Rusia di Eropa, salah satunya aneksasi Krimea dari Ukraina, Kimberly Marten meyakini NATO harus bersikap tegas sebagai bentuk perlawanan.
Ia merekomendasikan,"Presiden Trump harus segera menguatkan kembali, dan Kementerian Luar Negeri serta Pentagon, wajib menyatakan ulang secara berkala, bahwa pertahanan seluruh negara anggota NATO adalah prioritas tertinggi Washington di Eropa."