Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Kota Marrakesh, Maroko (unsplash.com/Beatrice Sana)
potret Kota Marrakesh, Maroko (unsplash.com/Beatrice Sana)

Intinya sih...

  • Aksi protes dimulai dari kasus tragis di Rumah Sakit Agadir

  • GenZ 212 menuntut reformasi sosial dan desak PM Akhannouch mundur

  • Anak muda Maroko tunjukkan wajah tak apatis politik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Aksi protes terus bergulir di berbagai kota di Maroko selama delapan hari berturut-turut. Di balik aksi ini, ada komunitas muda bernama GenZ 212, kelompok daring yang aktif di platform Discord dengan lebih dari 180 ribu anggota.

Gerakan ini menuntut perbaikan layanan kesehatan dan pendidikan publik, dua isu yang selama ini menjadi sorotan utama masyarakat Maroko. Selain itu, mereka juga menuntut pemerintah menindak korupsi yang dianggap memperparah ketimpangan sosial di negara tersebut.

Protes berlangsung di berbagai kota seperti Tetouan, Casablanca, Rabat, dan Agadir. Di setiap kota, para peserta aksi menyerukan slogan-slogan seperti ‘Rakyat ingin mengakhiri korupsi’ dan ‘Kebebasan, martabat, dan keadilan sosial’.

Meski sempat terjadi insiden kekerasan di beberapa daerah, GenZ 212 menegaskan bahwa gerakan mereka sepenuhnya non-kekerasan. Mayoritas aksi berlangsung damai, memperlihatkan wajah baru generasi muda Maroko yang berani bersuara tapi tetap menjaga ketertiban.

1. Dimulai dari kasus tragis di Rumah Sakit Agadir

Ilustrasi bendera Maroko (unsplash.com/Alee Serrar

Aksi ini bermula dari kemarahan publik atas kematian delapan ibu hamil di rumah sakit umum Agadir pada pertengahan September lalu. Mereka meninggal setelah menjalani operasi caesar, dan kasus tersebut dianggap sebagai bukti nyata buruknya layanan kesehatan publik di Maroko.

Insiden itu memicu gelombang protes kecil di beberapa kota. Namun sejak minggu lalu, GenZ 212 mengorganisir aksi secara nasional melalui Discord, mengajak anggotanya turun ke jalan di 14 kota antara pukul 18.00 hingga 21.00 waktu setempat.

Kasus tersebut menjadi simbol dari krisis sosial dan ekonomi yang lebih luas. Banyak warga menilai pemerintah belum memberikan perhatian serius terhadap pelayanan publik, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

“Ini bukan hanya soal delapan nyawa yang hilang, tapi tentang ribuan orang yang setiap hari menderita karena sistem yang rusak,” tulis salah satu anggota GenZ 212 di forum daring mereka, dilansir dari France24, Minggu (5/10/2025).

2. Tuntut reformasi dan desak PM Akhannouch mundur

potret Kota Casablanca, Maroko (commons.wikimedia.org/Sharon Hahn Darlin)

Selain memperjuangkan perbaikan layanan publik, GenZ 212 juga menuntut reformasi sosial menyeluruh dan pengunduran diri Perdana Menteri Aziz Akhannouch, yang masa jabatannya akan berakhir tahun depan.

Mereka menilai pemerintahan Akhannouch gagal membawa perubahan signifikan bagi kehidupan rakyat kecil. Harga kebutuhan pokok meningkat, layanan publik melemah, dan peluang kerja bagi anak muda tetap minim.

Di kota Casablanca, ratusan orang berteriak “Rakyat ingin pendidikan dan kesehatan!”

Sementara di Rabat, sekelompok kecil demonstran berkumpul di depan gedung parlemen untuk menyampaikan aspirasi serupa.

Pemerintah sendiri belum merespons secara tegas tuntutan para demonstran. Namun, otoritas keamanan menyebut ada tiga orang yang tewas di salah satu kota kecil setelah berusaha menyerbu kantor polisi. Insiden itu diklaim sebagai pembelaan diri yang sah, tapi memicu reaksi keras dari masyarakat sipil.

3. Anak muda Maroko tunjukkan wajah tak apatis politik

potret Kota Casablanca, Maroko (commons.wikimedia.org/Karimobo)

Fenomena GenZ 212 menunjukkan bahwa generasi muda Maroko tidak lagi apatis terhadap politik. Mereka mungkin tidak turun ke jalan dengan kekerasan, tapi memanfaatkan kekuatan komunitas digital untuk menuntut perubahan nyata.

Berbeda dengan gelombang Arab Spring satu dekade lalu, gerakan ini tidak menuntut revolusi atau pergantian rezim, melainkan reformasi sistemik, seperti keadilan, transparansi, dan kesejahteraan sosial.

Kehadiran GenZ 212 juga menandai era baru aktivisme di dunia Arab-Afrika — di mana teknologi menjadi alat utama untuk membangun solidaritas dan mengorganisir aksi sosial.

Bagi banyak anak muda, protes ini bukan sekadar perlawanan terhadap pemerintah, tetapi seruan untuk masa depan yang lebih layak. Mereka ingin didengar, dihargai, dan hidup dalam sistem yang menjamin martabat setiap warganya.

Editorial Team