Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi (Pexels/Luke Yanko)

Intinya sih...

  • Kasus pemerkosaan massal oleh Dominique Pelicot terhadap istrinya, Gisèle Pelicot, menarik perhatian internasional.
  • Dominique menggunakan obat-obatan untuk membius Gisèle dan merekrut puluhan laki-laki melalui forum daring untuk memperkosanya.
  • 20 tahun penjara dijatuhkan kepada Dominique dan 50 pelaku lainnya dihukum dengan vonis berkisar antara tiga hingga lima belas tahun penjara.

Jakarta, IDN Times - Kasus pemerkosaan massal yang melibatkan Gisèle Pelicot, seorang perempuan berusia 72 tahun dari Mazan, Prancis, telah menjadi perhatian internasional. Selama hampir satu dekade, Gisèle dibius oleh suaminya sendiri, Dominique Pelicot, yang kemudian mengundang puluhan laki-laki untuk memperkosanya tanpa sepengetahuannya. Kasus ini membuka mata dunia terhadap pentingnya perlindungan hukum bagi korban kekerasan seksual, khususnya dalam lingkup rumah tangga.

1. Modus operandi yang sistematis

Dilansir The Guardian, Dominique Pelicot dengan keji menggunakan obat-obatan untuk membuat Gisèle tidak sadarkan diri. Dalam kondisi tersebut, ia merekrut setidaknya 50 laki-laki melalui forum daring untuk melakukan kekerasan seksual terhadap istrinya. Dominique bahkan merekam ribuan foto dan video tindakan tersebut tanpa sepengetahuan Gisèle. Bukti-bukti ini kemudian ditemukan oleh polisi setelah Dominique ditangkap pada tahun 2020 karena kasus voyeurisme di sebuah supermarket.

2. Proses hukum dan vonis pengadilan

Pengadilan di Avignon menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara kepada Dominique Pelicot atas kejahatannya. Selain Dominique, 50 pelaku lainnya yang terlibat dalam kekerasan seksual terhadap Gisèle juga dihukum dengan vonis berkisar antara tiga hingga lima belas tahun penjara. Kasus ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Prancis, baik dari sisi jumlah pelaku maupun dampak psikologis terhadap korban, melansir People.

3. Dampak kasus dan reaksi publik

Keberanian Gisèle untuk mengungkap identitasnya dan berbicara tentang pengalaman traumatisnya telah menginspirasi banyak orang. Demonstrasi besar-besaran terjadi di seluruh Prancis sebagai bentuk solidaritas terhadap Gisèle dan korban kekerasan seksual lainnya. Kasus ini juga memicu diskusi nasional tentang perlunya reformasi hukum untuk memastikan perlindungan yang lebih baik bagi para korban kekerasan seksual.

Kasus Gisèle Pelicot menjadi pengingat keras bahwa kekerasan seksual dapat terjadi di mana saja, bahkan dalam rumah tangga. Keberaniannya melawan pelaku dan mencari keadilan adalah langkah besar menuju perubahan. Diharapkan, kasus ini dapat menjadi pemicu reformasi hukum yang lebih inklusif dan sensitif terhadap korban, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melawan kekerasan berbasis gender.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team