pesawat Boeing 787-8 milik All Nippon Airways. (Julian Herzog, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Meskipun baru kali ini memakan korban jiwa, jejak operasional Dreamliner bukannya tanpa cacat. Isu teknis paling signifikan terkait tipe ini terjadi pada 2013. Saat itu, seluruh armada 787 di dunia dilarang terbang (grounded) karena adanya risiko pada baterai lithium-ion yang digunakannya.
Masalah tidak berhenti sampai di situ, isu manufaktur juga pernah mencuat ke permukaan. Boeing sempat menunda pengiriman pesawat 787 selama sekitar satu tahun hingga pertengahan 2022 setelah ditemukannya cacat produksi. Kala itu terdapat celah antar bagian badan pesawat tidak disambung dengan benar, dilansir CNBC.
Armada Dreamliner milik Air India juga memiliki riwayat masalahnya sendiri. Dalam kurun waktu 14 bulan pertama sejak diluncurkan, dilaporkan ada 136 gangguan teknis kecil. Selain itu, antara tahun 2015 hingga 2024, terjadi 32 insiden yang lebih signifikan seperti kebocoran hidrolik dan masalah tekanan kabin, dilansir The Hindu.
Seorang pensiunan investigator keselamatan udara AS, Jeff Guzzetti, memberikan pandangan awalnya berdasarkan data yang tersedia. Menurutnya, pesawat ini berhasil lepas landas dengan baik, namun kesulitan saat menambah ketinggian. Namun, belum bisa dipastikan apakah ada masalah teknis yang terlibat dalam insiden ini.