Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Kubah Emas di Komplek Masjidil Aqsa (unsplash.com/@raimondklavins)

Konflik Israel dan Palestina merupakan konflik antara dua bangsa yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan baik secara dialog maupun secara diplomasi. Salah satu pemicu konflik Israel dan Palestina tak kunjung usai adalah Zionis yang melakukan migrasi besar ke wilayah yang awalnya didiami oleh masyarakat Palestina.

Namun tahukah kalian bahwa selain Palestina, yang menjadi tujuan utama para Zionis untuk mendirikan negara Yahudi, sebenarnya terdapat beberapa tempat alternatif yang dipertimbangkan sebagai tepat migrasi dan menjadi tanah air bagi bangsa Yahudi, menyusul keadaan Eropa yang kala itu banyak melakukan tindakan anti-semitisme di bawah pimpinan Nazi, Jerman. Penasaran, tempat manakah yang dimaksud? Yuk, baca ulasannya!

1. Sejarah Singkat Zionisme

Potret kondisi parlemen Israel (unsplash.com/@rafael_tc)

Gerakan Zionis, atau dalam artian luas dapat diartikan sebagai mengembalikan bangsa Yahudi kembali ke tanah perjanjian yang diperkirakan berada di Palestina sesuai dengan tradisi Judaisme yang muncul di akhir abad ke-19 lewat prakarsa seorang jurnalis Yahudi asal Hungaria, Theodore Herzl. Gagasan yang di kemukakan oleh Herzl bertujuan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi di tengah meningkatnya anti-semit di Eropa terutama setelah kasus "Dreyfuss Affair" di Prancis.

Hal ini yang mendorong Herzl memiliki gagasan bahwa seluruh umat Yahudi terutama di Eropa harus segera mencari rumah baru dan membentuk pemerintahan sendiri atau kembali ke tanah perjanjian yang di percaya berada di Palestina yang saat itu wilayah Palestina masih menjadi wilayah Kesultanan Ottoman.

Untuk mewujudkan gagasannya, Herzl kerap berkeliling Eropa untuk mencari dukungan dari negara penguasa seperti Inggris, Perancis, dan Jerman bahkan Herzl dalam sejarah dirinya pernah bernegosiasi dengan Kesultanan Ottoman untuk membeli sebidang tanah di Palestina.

2. Sejarah Judaisme di Tanah Afrika

Editorial Team

Tonton lebih seru di