Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)
Pada April 2000, militan Abu Sayyaf yang bersenjatakan senapan dan parang pergi ke Pulau Sipadan di Malaysia untuk menculik 21 orang. Sandera dibawa ke hutan di Filipina, ditawan dalam kondisi keras sebelum sebagian besar ditebus, dengan uang yang dilaporkan disediakan oleh pemimpin Libya saat itu, Moammar Gadhafi, dilansir Associated Press.
Saat penculikan, Abu Sayyaf mengizinkan dua wartawan Associated Press mewawancarai sandera. Sebagian besar sandera tampak ketakutan duduk di atas daun pisang di atas tanah dan dikelilingi pagar dari cabang-cabang pohon. Mereka menulis surat dan memohon kepada keluarga dan kedutaan untuk mengirim makanan, air, obat-obatan, dan mencari cara agar dibebaskan.
Abu Sayyaf merupakan cabang dari kerusuhan separatis Muslim yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Filipina selatan, tempat asal minoritas Muslim di negara yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik Roma.
Para militan telah melakukan pengeboman, penculikan untuk meminta tebusan, dan pemenggalan kepala selama masa kejayaan mereka yang dimulai pada akhir tahun 1990-an. Kini mereka telah melemah secara signifikan akibat kekalahan dalam pertempuran, penyerahan diri, dan pertikaian internal.