Ilustrasi tentara. (Unsplash.com/Simon Infanger)
Dilansir Associated Press, Marcos mengatakan kehadiran pasukan AS di negaranya sebagai respons terhadap tindakan agresif China di perairan Laut China Selatan.
“Ini adalah reaksi terhadap apa yang terjadi di Laut China Selatan, terhadap tindakan agresif yang harus kami hadapi,” ujarnya.
Presiden mengatakan kapal penjaga pantai China menggunakan meriam air dan laser untuk menghalangi kapal-kapal Filipina memasuki wilayah yang diklaim sebagai wilayahnya. Dia juga menyebutkan tabrakan, pemblokiran terhadap nelayan Filipina, dan penghalang laut untuk memblokir kapal-kapal dari Scarborough Shoal, yang terletak di zona ekonominya.
Di bawah pemerintahannya, Filipina mengadopsi strategi untuk mempublikasikan perselisihan dengan mengizinkan jurnalis menaiki kapal patrolinya.
“Sangat penting bagi media untuk terus mengekspos tindakan-tindakan yang tidak hanya mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan namun juga merusak tatanan berbasis aturan yang telah mendukung pembangunan dan kemakmuran global selama satu abad sebelumnya."
China menyalahkan Filipina atas perselisihan, yang dianggap menyusup ke perairan teritorialnya dan mengingkari perjanjian untuk menarik kapal angkatan lautnya yang berfungsi sebagai pos teritorial di Second Thomas Shoal yang disengketakan. Namun, Marcos mengatakan tidak mengetahui adanya kesepakatan dan jika ada perjanjian dibatalkan.