Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pekka Haavisto, Menteri Luar Negeri Finlandia (Twitter.com/Pekka Haavisto)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Finlandia, Pekka Haavisto, pada Selasa (24/1/2023) mengatakan bahwa negaranya mempertimbangkan untuk bergabung NATO tanpa Swedia. Ini karena Turki terus memblokir upaya Stockholm.

Swedia dan Finlandia adalah dua negara Nordik yang selama puluhan tahun memilih untuk netral. Tapi ketika Rusia menginvasi Ukraina, dua negara itu merasa keamanan Eropa terancam sehingga memilih untuk bergabung dengan aliansi NATO. Pada Mei 2022, dua negara menghadirkan persatuan dan bersama-sama mendaftar aliansi tersebut. Kini, perkembangan politik kemungkinan mengubah persatuan itu.

1. Jalan sendiri jika Turki mengganjal Swedia

ilustrasi bendera anggota NATO (Twitter.com/Oana Lungescu)

Swedia dan Finlandia, sejak awal mendaftar NATO, telah menunjukkan bahwa keduanya adalah negara yang terikat persatuan kokoh. Keduanya berharap dapat diterima NATO secara bersama.

Namun, hubungan Swedia dan Turki yang semakin memanas membuat aksesi NATO itu tersendat. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memperingatkan Stochkolm tidak perlu mengharapkan dukungan Ankara untuk gabung NATO, menyusul protes anti-Turki dan pembakaran salinan Al-Quran oleh kelompok pro-Kurdi dan aktivis sayap kanan garis keras.

Dilansir Associated Press, Pekka Haavisto dalam sebuah wawancara televisi mengatakan bahwa Finlandia kemungkinan dapat melakukan evaluasi situasi jika ternyata aplikasi Swedia mengalami kemacetan untuk waktu yang lama. Sehingga, Helsinki bisa terus maju jadi anggota NATO tanpa Stockholm.

Meski keterangan Haavisto bukan pernyataan resmi pemerintah, namun ini adalah untuk pertama kalinya pejabat tinggi terkemuka Finlandia mengutarakan pertimbangan masalah itu.

2. Haavisto menilai pernyataannya tidak tepat

Editorial Team

Tonton lebih seru di