Pada pertengahan September, otoritas Suriah telah melakukan langkah pengawasan epidemiologis dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi situasi. Upaya memperkuat peningkatan pelayanan rumah sakit telah dilakukan di tengah perang saudara yang masih terjadi.
Dalam penilaian PBB, melansir Al Jazeera, kolera di Suriah diyakini terkait dengan irigasi tanaman menggunakan air yang terkontaminasi. Selain itu, warga Suriah juga minum air yang tidak aman dari Sungai Efrat yang membelah Suriah dari utara ke timur.
Kolera, yang sangat menular tersebut, juga menyebar ke wilayah timur laut dan wilayah yang dikuasai pejuang oposisi Kurdi, khususnya di bagian utara dan barat laut Suriah.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) yang berbasis di Amerika Serikat, mengkhawatirkan bahwa angka korban jauh lebih banyak, karena ada kemungkinan kasus-kasus yang tidak dilaporkan.