Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera meksiko
ilustrasi bendera meksiko (unsplash.com/chantel)

Intinya sih...

  • Kematian Wali Kota Uruapan memicu protes Gen Z

  • Demo lintas generasi dengan agenda politik lebih luas

  • Protes mencerminkan frustrasi terhadap kekerasan, korupsi, dan lemahnya institusi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga kembali memadati pusat Mexico City dalam demonstrasi besar yang mempersoalkan keamanan publik, korupsi, dan kredibilitas pemerintah federal. Aksi yang berlangsung pada Sabtu (15/11/2025) itu memicu bentrokan keras antara demonstran dan polisi, mengakibatkan sedikitnya 120 orang terluka dan mempertegas krisis legitimasi yang mengemuka di pemerintahan Presiden Claudia Sheinbaum.

Meskipun diklaim sebagai mobilisasi generasi muda yang resah atas kekerasan struktural, komposisi peserta dan dinamika lapangan menunjukkan pola yang jauh lebih kompleks. Banyak laporan menegaskan bahwa gerakan tersebut telah melebar melampaui Gen Z dan masuk ke orbit oposisi politik.

Bagi pemerintah federal, aksi kali ini menjadi ujian paling berat terhadap stabilitas politik Sheinbaum, yang selama satu tahun berkuasa menikmati tingkat persetujuan tinggi. Namun sejumlah pengamat melihat keberhasilan elektoral Sheinbaum tidak otomatis menutup rapuhnya keamanan publik yang terus membayangi Meksiko.

Bentrokan yang terjadi menandai meningkatnya risiko polarisasi, terlebih ketika pemerintah menuding adanya infiltrasi aktor politik kanan dan penggunaan bot untuk memobilisasi dukungan digital. Narasi ini memperlihatkan kontestasi politik di balik aksi yang, pada permukaannya, tampak sebagai gerakan sipil murni.

Berikut fakta-fakta terkait protes Gen Z yang terjadi di Meksiko:

1. Dipicu kematian Wali Kota Uruapan

Kelompok Generation Z Mexico, yang muncul tiba-tiba di ruang publik, memosisikan diri sebagai representasi anak muda yang menolak kekerasan dan korupsi. Namun analisis lapangan menunjukkan kehadiran peserta yang beragam, tidak didominasi Gen Z sebagaimana diklaim.

Ledakan kemarahan publik dipicu pembunuhan Wali Kota Uruapan, Carlos Alberto Manzo Rodriguez—tokoh yang secara terbuka menantang kartel narkoba.

Kematian Manzo menabrak sensitivitas nasional dan menambah daftar panjang kasus pembunuhan pejabat lokal yang kerap bersinggungan dengan organisasi kriminal.

2. Demo Gen Z, tapi pesertanya lintas generasi

Long march dari Angel of Independence menuju Zócalo berlangsung tanpa insiden hingga massa tiba di Istana Nasional. Di titik inilah potensi kekerasan meningkat. Kehadiran petani, produsen lokal, hingga kelompok oposisi memperluas agenda awal yang lebih generasi-sentris.

Laporan Al Jazeera, Minggu (16/11/2025) menjadi salah satu indikator bahwa framing gerakan anak muda tidak sepenuhnya akurat. Minimnya partisipasi anak muda justru memperkuat dugaan bahwa mobilisasi sebagian didorong oleh momentum politik, bukan sekadar keresahan generasi.

Meski demikian, simbol generasi muda tetap muncul. Bendera ‘One Piece’, ikon budaya pop yang sering digunakan dalam aksi Gen Z global, berkibar di antara massa. Simbol ini memperlihatkan bagaimana generasi muda menjadi referensi simbolik, meskipun tidak selalu menjadi aktor dominan.

Di tengah dinamika itu, dukungan tokoh-tokoh publik seperti mantan Presiden Vicente Fox dan taipan Ricardo Salinas Pliego menguatkan kesan bahwa gerakan ini memiliki dimensi politik yang lebih luas.

3. Dinilai ditunggangi politik

Presiden Sheinbaum tak tinggal diam. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak menoleransi kekerasan dan menolak klaim bahwa aksi tersebut dipimpin oleh anak muda.

Dengan menekankan bahwa hanya sedikit anak muda yang terlihat, Sheinbaum berupaya membingkai protes sebagai manuver politik oposisi.

Pernyataannya bahwa gerakan tersebut dipromosikan dari luar tanpa rincian lebih lanjut memperkuat pola komunikasi defensif yang sering muncul saat legitimasi pemerintah dipertaruhkan. Strategi ini bertujuan mereduksi kredibilitas aksi dan memisahkan pemerintah dari narasi kegagalan keamanan.

Namun kritik terhadap Sheinbaum tidak sebatas narasi. Sejumlah pembunuhan profil tinggi, termasuk kasus Manzo, telah mengikis kepercayaan warga terhadap kemampuan negara menjinakkan kekuatan kartel. Ini memperbesar tekanan terhadap pemerintah yang sejak awal dipandang sebagai kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya.

Meski tingkat persetujuannya masih relatif tinggi, tekanan dari masyarakat sipil dan oposisi dapat menciptakan ruang baru bagi negosiasi kekuasaan. Ketidakpuasan terhadap isu keamanan berpotensi menjadi titik lemah dalam lanskap politik menuju pemilu-pemilu lokal berikutnya.

Reaksi keras aparat dalam bentrokan juga memperlebar wacana mengenai penggunaan kekuatan berlebihan, yang dapat memperburuk persepsi publik terhadap komitmen pemerintah pada hak berekspresi.

4. Kekerasan, Korupsi, dan Lemahnya Institusi

Di luar dinamika politik, aksi ini mencerminkan frustrasi publik terhadap kondisi struktural Meksiko: tingkat kekerasan yang tinggi, korupsi institusional, dan sistem peradilan yang dianggap tidak akuntabel.

Tuntutan terhadap kasus Manzo hanyalah satu dari banyak isu yang mencuat. Demonstran juga menyoroti insiden kebakaran Pusat Penitipan Anak ABC, kelangkaan obat-obatan, dan lambannya investigasi kasus orang hilang. Ini menunjukkan spektrum persoalan yang jauh lebih luas dari sekadar pembunuhan seorang pejabat lokal.

Aksi solidaritas yang muncul di Michoacán memperlihatkan betapa kemarahan publik terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang paling terdampak kekerasan kartel. Mobilisasi lintas daerah ini menjadi sinyal penting tentang menguatnya rasa tidak aman dalam masyarakat.

Dinamika tersebut menempatkan pemerintah Sheinbaum dalam posisi serba sulit: di satu sisi harus menunjukkan ketegasan keamanan, namun di sisi lain perlu menjaga ruang demokrasi agar respons tidak terkesan represif.

Gelombang protes Gen Z di berbagai negara tahun ini menambah konteks global bahwa generasi muda dan kelompok warga yang frustrasi kini menjadi aktor penting dalam menekan pemerintah di tengah kompleksitas geopolitik baru.

Editorial Team