Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perang (Pixabay.com/jarmoluk)

Jakarta, IDN Times - Pertempuran di Sudan kembali menyala setelah kesepakatan gencatan senjata berakhir antara tentara pemerintah dengan pasukan Rapid Support Forces (RSF). Pada Minggu (4/6/2023), suara tembakan kembali terdengar di Khartoum, ibu kota Sudan dan di wilayah Darfur.

Para penduduk di ibu kota merasakan teror atas ledakan kekerasan yang terbaru. Mereka menyebut situasi seperti berada di neraka. Di Darfur, laporan sementara yang berkembang menyebutkan bahwa kekerasan terbaru menewaskan 40 orang dan melukai puluhan orang lainnya.

1. Saudi-AS desak disepakati gencatan senjata baru

ilustrasi (Unsplash.com/Maria Lysenko)

Perang yang terjadi di Sudan saat ini adalah perebutan kekuasaan antara militer pemerintah yang dipimpin oleh Abdel-Fattah Burhan dengan pasukan RSF yang dipimpin Mohammed Hamdan Dagalo. Pertempuran pecah pada pertengahan April yang telah menewaskan ratusan orang.

Upaya untuk mendamaikan kedua pihak telah ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS), sehingga mereka menyepakati gencatan senjata pada 21 Mei. Tapi usai kesepakatan itu habis, pertempuran kini kembali menyala.

Dilansir Associated Press, Saudi dan AS kembali mendesak pihak bertikai Sudan untuk menyetujui dan menerapkan kesepakatan gencatan senjata baru. Tujuan utama dari desakan tersebut untuk menghentikan permusuhan secara permanen.

Riyadh dan Washington juga terus melakukan pembicaraan yang fokus pada upaya memfasilitas pemberian bantuan kemanusiaan. Mereka mendesak kesepakatan jangka pendek yang harus diambil sebelum pembicaraan dilanjutkan.

Sejauh ini, Saudi dan AS menangguhkan pembicaraan karena pelanggaran serius yang berulang terhadap gencatan senjata jangka pendek. AS menjatuhkan sanksi kepada perusahaan pertahanan utama Sudan yang dijalankan oleh militer dan RSF.

2. Kami benar-benar berada di neraka, kata penduduk

Editorial Team

Tonton lebih seru di