Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
TASS

Tbilisi, IDN Times - Pemerintah Georgia, pada hari Selasa (29/5/2018), menyatakan sudah mulai melaksanakan prosedur pemutusan hubungan diplomatik dengan Suriah.

Tindakan ini dilakukan Georgia setelah Suriah di bawah perintah Presiden Bashar al-Assad, mengakui kemerdekaan dan kedaulatan negara separatis di wilayah Georgia, seperti yang dilansir dari Reuters.

1. Suriah mengakui kedaulatan Abkhazia dan Ossetia Selatan

Sputnik International

Berdasarkan laporan kantor berita SANA di Suriah, pengakuan kedaulatan Abkhazia dan Ossetia Selatan oleh Pemerintah Suriah karena "sebagai penghargaan atas posisi yang mendukung (Pemerintah Suriah) terhadap agresi teroris di Suriah", dikutip dari RFE/RL.

Menurut Suriah, kedua negara tersebut sudah memberikan dukungan terbaiknya dan mereka berhak untuk mendapat pengakuan kemerdekaan yang sangat dibutuhkan.

Sekarang Abkhazia dan Ossetia Selatan bersama Suriah akan memulai membangun hubungan diplomasi sebagai pengakuan timbal balik, dengan mendirikan gedung kedutaan di masing-masing negara.

2. Pengakuan negara separatis adalah aksi yang ilegal dan abaikan hukum internasional

RT

Kementerian Luar Negeri Georgia menyatakan bahwa pengakuan kedaulatan negara pecahannya/ separatis oleh Pemerintah Suriah adalah sebuah aksi yang ilegal dan mengabaikan hukum internasional.

Tindakan yang dilakukan Suriah sangat tidak dapat ditoleransi. Karena secara de facto, kedua "negara" separatis tersebut masih berada di wilayah Georgia.

Alhasil, Georgia langsung memulai prosedur pemutusan hubungan diplomatik bersama Suriah dan menyebut aksi ini sebagai manipulasi dari Federasi Rusia.

Uni Eropa sebagai sekutu terdekat Georgia, menyatakan tetap mendukung integritas teritorial dan kedaulatan Georgia sesuai hukum internasional yang berlaku.

3. Pecahan Georgia dan Perang Rusia-Georgia 2008

Kosova

Konflik perang saudara yang terjadi di Georgia pada tahun 2008, merembet menjadi sebuah perang besar ketika Federasi Rusia terlibat. Sebelum terlibat secara langsung, Pemerintah Rusia di bawah pimpinan Presiden Dmitri Medvedev sudah memberikan dukungan senjata dan pelatihan militer, terhadap pasukan separatis pro-kemederkaan di Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Barulah ketika konflik mulai semakin panas, di bawah nama "pasukan penjaga perdamaian" Rusia masuk dan mulai terlibat langsung dalam konflik tersebut.

Hanya berselang 5 hari saja setelah keterlibatan langsung militer Rusia, kemenangan diraih pasukan pro-kemerdekaan, Pemerintah Rusia mengakui Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai negara merdeka.

Manuver yang dilakukan Rusia terhadap Georgia selalu diingat sebagai sebuah agresi, di mana hubungan Georgia-Rusia tidak pernah kembali normal sejak saat itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team