Konflik perang saudara yang terjadi di Georgia pada tahun 2008, merembet menjadi sebuah perang besar ketika Federasi Rusia terlibat. Sebelum terlibat secara langsung, Pemerintah Rusia di bawah pimpinan Presiden Dmitri Medvedev sudah memberikan dukungan senjata dan pelatihan militer, terhadap pasukan separatis pro-kemederkaan di Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Barulah ketika konflik mulai semakin panas, di bawah nama "pasukan penjaga perdamaian" Rusia masuk dan mulai terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Hanya berselang 5 hari saja setelah keterlibatan langsung militer Rusia, kemenangan diraih pasukan pro-kemerdekaan, Pemerintah Rusia mengakui Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai negara merdeka.
Manuver yang dilakukan Rusia terhadap Georgia selalu diingat sebagai sebuah agresi, di mana hubungan Georgia-Rusia tidak pernah kembali normal sejak saat itu.