Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Greta Thunberg (Twitter.com/Greta Thunberg)
Greta Thunberg (Twitter.com/Greta Thunberg)

Intinya sih...

  • Sebanyak 171 aktivis dideportasi ke Yunani dan Slovakia

  • Israel menuding armada GSF memiliki keterkaitan dengan Hamas

  • Pelayaran GSF murni bersifat kemanusiaan, membawa pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan medis untuk warga Gaza yang terisolasi akibat blokade.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, dan rekan-rekannya dari armada Global Sumud Flotilla (GSF) telah mendarat di Yunani pada Senin (6/10/2025). Mereka tiba di Negeri Para Dewa usai dideportasi oleh Israel setelah berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Thunberg bersama 160 aktivis lainnya tiba di Bandara Internasional Athena menggunakan penerbangan repatriasi khusus. Dalam pernyataannya kepada media, Thunberg menyebut armada GSF sebagai upaya terbesar yang pernah ada untuk mematahkan pengepungan ilegal dan tidak manusiawi Israel terhadap Gaza.

"Adanya misi ini sungguh memalukan. Kami bahkan tidak melihat upaya minimum dari pemerintah," kata Thunberg, dikutip CNN, Selasa (7/10/2025).

Thunberg juga mendesak komunitas internasional untuk bertindak menghentikan genosida Israel terhadap rakyat Palestina, yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir.

1. Sebanyak 171 aktivis dideportasi ke Yunani dan Slovakia

Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan, pesawat yang membawa Thunberg juga mengangkut 27 warga Yunani dan 134 warga negara asing dari 15 negara Eropa. Sementara, Pemerintah Slovakia membenarkan salah satu warganya telah kembali ke negaranya melalui penerbangan terpisah.

Kementerian Luar Negeri Israel menyebutkan telah mendeportasi 171 aktivis ke Yunani dan Slovakia. Israel menuding armada GSF memiliki keterkaitan dengan Hamas. Di sisi lain, penyelenggara GSF menegaskan pelayaran itu murni bersifat kemanusiaan, dengan membawa pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan medis, untuk warga Gaza yang terisolasi akibat blokade.

2. Apa itu Global Sumud Flotilla?

Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. (commons.wikimedia.org/Alpha bakemono)

GSF adalah inisiatif internasional yang berupaya mematahkan blokade laut Israel terhadap Jalur Gaza dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui kapal sipil. Misi ini diluncurkan pada 31 Agustus 2025 dari Barcelona, Spanyol, dan terdiri dari sekitar 40 kapal dengan lebih dari 450 aktivis dari lebih dari 40 negara, termasuk dokter, jurnalis, pengacara, dan aktivis hak asasi manusia.

GSF menggelorakan tagline sumud kata, yang dalam bahasa Arab berarti keteguhan atau perlawanan tanpa kekerasan sebagai semangat utama gerakan ini. Selama perjalanan, GSF sempat diserang dan dihalangi di sejumlah titik, termasuk di perairan Yunani dan Tunisia, sebelum akhirnya dicegat oleh Angkatan Laut Israel di lepas pantai Mesir pekan lalu.

3. Ramai di dunia internasional

Penahanan dan deportasi terhadap aktivis GSF menuai gelombang kecaman global, termasuk dari Malaysia, Turki, Italia, dan Norwegia, yang menuntut agar Israel menghormati hukum laut internasional. Media internasional ramai memberitakan perlakuan kasar Israel terhadap para aktivis.

Beberapa saksi, termasuk jurnalis Turki dan Amerika, menyatakan Greta diperlakukan tidak manusiawi, bahkan dipaksa mencium bendera Israel saat ditahan. Namun, tuduhan itu dibantah keras oleh pemerintah Israel.

Sementara itu, Israel berdalih blokade laut terhadap Gaza perlu dipertahankan untuk mencegah penyelundupan senjata ke kelompok Hamas. Namun, PBB dan organisasi hak asasi manusia menilai langkah itu telah menimbulkan krisis kemanusiaan akut di Gaza, yang kini dihuni oleh lebih dari 2,3 juta penduduk.

Sejak perang Israel–Hamas meletus dua tahun lalu, lebih dari 66 ribu warga Palestina tewas. Para korban tewas sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Editorial Team