Krisis ini terjadi di tengah kekacauan politik yang masih berlangsung di Haiti. Geng-geng kriminal melancarkan serangan barunya pada Rabu (1/5/2024) malam, sehari setelah perdana menteri baru Haiti diumumkan. Mereka mengepung beberapa lingkungan di Port-au-Prince, membakar rumah-rumah dan terlibat baku tembak dengan polisi selama berjam-jam.
“Geng-geng itu mulai membakar segala sesuatu yang terlihat. Saya bersembunyi di sudut sepanjang malam," kata seorang pria bernama Néne, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, dikutip Associated Press.
Serangan terjadi di wilayah yang dikuasai Jimmy Chérizier atau "Barbecue", mantan perwira polisi elit yang kini menjadi pemimpin geng. Dia dan para pemimpin geng lainnya disalahkan atas serangan terkoordinasi yang dimulai pada 29 Februari di Port-au-Prince. Saat itu, orang-orang bersenjata membakar kantor polisi, melepaskan tembakan ke bandara internasional utama dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti hingga membebaskan lebih dari empat ribu narapidana.
Serangan tersebut akhirnya memaksa Perdana Menteri Ariel Henry untuk mengundurkan diri dan berujung pada pembentukan dewan presiden transisi.